Dari dalam ruangan terdengar suara mirip gergaji mesin memotong kayu terdengar berderit-derit, ditingkahi suara instrumen berderap-derap langkah kaki kuda.
“Ini lagu populer masa kini, Bu.”
“Itu bukan musik! Itu violence musik.!” sergah Rendy yang tahu-tahu sudah ada di sisi Bu Ratna bersama ibunya. Tadi Rani mengirimkan pesan WA dan mengabarkan bahwa ada keributan di Gang Satu. Rendy pun buru-buru datang.
Yanto mengalihkan tatapan ke arah Randy. “Apa? Vio… vio apa katamu?”
“Violence music. Musik kekerasan. Musik bising. Sejatinya itu bukan musik, tapi bunyi-bunyian dari benda-benda tajam. Suaranya tidak bisa didengarkan langsung, harus memakai earplug sebab yang dinikmati aksi panggung penampil, bukan suaranya. Tanpa earplug gendang telinga bisa rusak”. Rendy menjelaskan panjang lebar. “benda-benda yang dipilih memang benda-benda yang bisa bersuara menyayat telinga agar emosi marah, jengkel, protes terhadap dunia tersampaikan.”
“Nggak usah sok tahu kamu!” bentak Yatno.
Bu Ratna melerai keduanya, “Sudah cukup! Panggilkan Tobias!”
“Memangnya kalian ada keperluan apa sih? Kan sudah saya bilang berkali-kali, saya yang jaga keamanan di sini!” Yanto mendelik dan menunjuk ke dalam Dargon Nightclub dengan tegas. “Sebentar lagi acaranya mau mulai. Jangan ganggu lagi! Susah banget dikasih tahu!”
“Memangnya Tobias mau menurut begitu saja waktu kami beri tahu kalau kami terganggu suara musiknya?” sergah Bu Ratna.
“Cuma kayak gitu saja terganggu!” bentak Yanto. “Sudah! Acaranya mau mulai! Jangan ganggu!”
“Memangnya dari tadi acara belum mulai? Musik sudah jejeritan seperti itu belum mulai?” tanya Bu Ratna.
“Jejeritan apa? Itu seni!”
“Seni macam apa yang tidak memperhatikan lingkungan!” Hardik Bu Ratna.
“Kurang memperhatikan lingkungan apa coba, itu tadi menceritakan peristiwa gempa!” ujar Yanto.
“Oh, itu namanya memperhatikan lingkungan ya? Lalu karaoke tadi juga memperhatikan lingkungan? Keras-keras begitu?”
“Itu biar semuanya bisa dengar dan ikut menyanyi, Ibuuuu….” Ujar Yanto berlagak menyabar-sabarkan diri.
“Karaoke kenapa harus keras-keras satu perumahan dengar? Jangan-jangan malah sampai perumahan lain juga dengar. Kalian mau karaoke atau konser” balas Rani sengit. Gadis itu memutuskan untuk berada di sisi ibunya.