“D-dia. D-dia ada di sana.”
Telunjuk kecil itu terangkat dengan gemetaran. Ia menunjuk pada satu titik tersembunyi di balik gelap malam. Kelam tak terjamah cahaya. Amat gulita hingga tak mampu didobrak oleh retina.
“D-dia melihatku. D-dia membenciku.”
Namun, tak ada apa-apa di sana. Hanya ada silam yang terikat pekat. Hadirnya menciptakan suasana suram.