TERSESAT DUA DUNIA

Aldaaldifa
Chapter #24

Love Covenant

Malam semakin larut, Rachel memutuskan untuk mengganti pakaiannya. Bundanya juga telah bilang akhirnya Ray makan malam bersama ayahnya. Mengetahui itu malah membuatnya semakin khawatir dengan Ray, apa yang ayahnya tanyakan pada calon imamnya itu?

Berusaha tenang dengan keadaan Ray, Rachel malah memikirkan tentang persahabatanya dengan Silvy yang tak kunjung membaik. Sahabatnya tidak datang ke rumahnya semenjak malam purnama. Entahlah, ia bingung kenapa Silvy bisa semarah itu dengannya.

“August!” panggilnya berharap arwah yang memiliki nasib yang sama dengan Nevan itu datang. “August!” pangilnya lagi.

“Kenapa, Chel?” tanya August begitu muncul di hadapannya Rachel, ia sebenarnya sudah tau alasan Rachel memanggilnya tapi hanya untuk sekedar basa-basi.

“Gue … mau minta tolong sama lo,” jawab Rachel.

“Minta tolong apa? Kalau bisa gue bantu.” August merapikan penampilannya yang sedikit berantakan, ayolah sekarang ia sedang berbicara dengan gadis cantik jadi harus tampil sempurna.

“Lo mau gak bicara sama Silvy?” tanya Rachel meragu, ia sebenarnya kurang yakin August bisa menyadarkan Silvy yang kini berubah menjadi keras kepala.

“Lo meragukan gue!” August menatap Rachel kesal. Bagaimana seseorang meminta tolong tapi ragu dengan orang yang dimintai.

Rachel segera menggeleng, ia lupa jika arwah bisa membaca pikiran. “Bukan gitu maksud gue tapi sekarang Silvy berubah karena bucin,” ujarnya.

“Gue tau, gue pernah berada di posisi mereka dan itu gak sesimpel yang lo pikirin!” August duduk di pagar balkon. “Cinta itu ibarat kapal tanpa nahkoda, dia bisa pergi ke mana saja dan menabrak apa saja.” Ia mengamati langit malam yan mendung namun tak ditemani hujan.

Rachel hanya diam mendengar kalimat August. “Seandainya cinta arwah itu terbalas pasti ia sangat romantis!” batinnya.

“Awal paling Bahagia ketika jatuh cinta adalah saat kita menyadari bahwa kita telah jatuh cinta dan rasa sakitnya saat kita menyadari bahwa cinta itu tak akan pernah lengkap karena pada dasarnya, cinta itu berlandasan dari dua orang yang saling membalas rasa.” August mengeluarkan semua yang ia rasakan, mengingat betapa sulitnya takdir memberinya cinta. “Rasa itu menyusup perlahan dan mengetuk pintu hati, dan saat pintu itu terbuka, ia masuk tanpa permisi,” lanjutnya.

Benar. Cinta memang seperti itu, dia bisa membuat pemilik rasa itu bahagia dan sakit di saat yang bersamaan. Bisa menjadi bunga mawar yang disukai banyak orang meski semua orang tau akan ada duri yang melukai tangan pemegangnya.

“Cinta mengajarkan arti ikhlas yang sebenarnya, arti pergi dan rindu yang melukai jiwa, tapi ya … kita tidak bisa bebuat apa-apa selain berusaha melupa jika ia pernah ada.” Seketika tangan August memegang mawar hitam yang entah berasal dari mana. Tangannya berdarah saat menggenggamnya lebih erat.

“Tanganmu terluka, aku akan mengambil kotak obat!” Rachel panik, ia merasa ngilu melihat bagaimana duri mawar itu menancap kulit.

“Hai, apa gue terlalu tampan sampai lo selalu lupa kalau gue hantu?” tanya August lalu tertawa. “Itu darah bukan karena duri, gue sendiri yang ngeluarin dari tangan gue, dan lagi kami udah gak punya rasa sakit kecuali sakit batin!” lanjutnya.

“Tapi ‘kan sama aja tangan lo tu berdarah, gue obatin ya!”

August membuang mawar itu sembarangan lalu mengeringkan darah itu dengan kekuatannya sendiri. Mengacak rambut Racel gemas. “Lo tu lucu, gak ngerti-ngerti walau gue udah capek jelasinnya! Gue makan baru tau rasa lo!” Ia membuka mulutnya lebar mengancam.

“Kanibal lo!” Rachel menjauhkan tangan August dari rambutnya. “Jangan sentuh gue! Gue udah mau tunangan!” ujarnya.

Tawa August pecah, jika bertemu dengan Rachel sebelum ia mati mungkin ia akan berumur panjang karena keseringan tertawa. “Ni ya gue jelasin, yang ada kalau lo ngolosin obat ke mayat, mayat itu bakal sakit bukan sembuh!” ujarnya.

“Serah lo deh! Omongan kita udah melantur tau gak? Topiknya ‘kan gue tanya lo mau ngomong sama Silvy atau enggak, eh lo malah baperan!” Rachel kembali fokus, lelah juga berbicara dengan orang-orang yang akhir kisah cintanya menyedihkan.

“Oke, gue bantu lo!” ujar August lalu menghilang begitu saja tanpa pamit.

“Hantu mah bebas!”

*****

Silvy memeriksa ulang tugas kuliahnya. Sudah sejam lebih dia berkutat dengan materi yang tidak dia kuasai dengan baik. Jika seandainya Rachel ada di sini mungkin hanya akan menghabiskan setengah jam saja.

Pukulan di bahunya membuat Silvy mengalihkan perhatiannya dari tugas. “Siapa lo?” tanyanya.

“Kenalin gue August, hantu paling ganteng di dunia gue!” August mengulurkan tangannya.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Silvy kembali mengalihkan pandangannya pada tugas kuliah.

“Gue temennya Nevan!” Mendengar nama Nevan, Silvy kembali menatap August.

“Ke mana Nevan? Kenapa udah dua hari dia gak jumpain gue?” tanya Silvy berharap August tau di mana Nevan.

“Gue juga gak tau Nevan di mana.”

“Terus ngapain lo di sini?” tanya Silvy.

Lihat selengkapnya