Hari ini, langit terlihat cerah dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan. Pelepah kelapa yang bergoyang-goyang menciptakan suara saat kedua pelapah bertabrakan. Kepakan sayap burung-burung yang bahagia bisa melihat metari setelah beberapa hari hujan.
Para perias memandang Rachel takjub saat keluar dari ruang ganti pakaian. Rachel menggunakan Ball Gown berwarna silver. “Ya ampun, aku gak nyangka barusan aku mendadani bidadari!” ujar salah seorang perias yang terlihat seumuran dengan Attania. “Sini, sayang!” ujarnya meminda Rachel untuk kembali duduk di meja rias.
Rachel mengangguk, ia berjalan pelan ke meja rias sembari mengangkat sedikit gaunnya. Penata rias itu mulai merapikan kembali, menatanya dengan model sanggul Wafi lalu dipermanis dengan veil mahkota dan anting berlian. “Emmm Sil, tolong ambilin kalung sama gelang aku di laci lemari!” pintanya.
Silvy memakaikan kalung berlian di leher jenjang Rachel. “Kamu cantik banget, Chel!” pujinya. Ia mengambil tangan kanan Rachel dan memakaikan gelang yang senada dengan kalung. “Sempurna!”
“Sayang, Kak Ray udah di jalan!” ujar Attania setelah masuk ke kamar Rachel. “Anak Bunda cantik banget!” Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah anaknya. “Mirip ‘kan, Sil!?” tanyanya.
“Mirip kalau Bunda masih muda,” jawab Silvy membuat semua orang yang ada di sana tertawa.
“Awas ya, Silvy!” Attania ingin mengacak rambut Silvy tapi Rachel memegang tangannya.
“Bunda, rambut Silvy udah cantik gitu kok mau diacak, sih,” ujar Rachel.
“Bunda lupa sayang, hehehe. Sil, ayo turun!” ujar Attania.
“Iya, Bunda.” Silvy turun mendahului Rachel. Ia juga ikut gugup karena ini pertama kalinya ia berdiri di hadapan orang ramai sebagai orang penting. Ia menerima mikrofon yang diberikan untuknya, mengulang kembali dengan gumaman.
“Silvy, rombongan keluarga Ray udah sampai!” bisik wanita paruh baya yang tak lain adalah adik dari ayahnya.
“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu, kami ucapkan kepada kelurga besar Bapak Yudha dan Alm. Ibu Santi di kediaman Bapak Arya dan Ibu Attania.” Silvy berusaha menebarkan senyumannya meski ada rindu yang belum tersampaikan. “Kami persilahkan kepada keluarga besar dari pihak pria untuk memasuki ruang acara dan menempati tempat duduk yang telah disediakan.”
Rombongan keluarga Ray masuk ke dalam ditemani kakak dari Attania menuju tempat yang telah disediakan. Mata Ray mencari-cari di mana Rachel bersembunyi, ia sudah tak tahan untuk memupuk rindu lebih lama lagi. “Lo lihat Rachel gak?” bisiknya pada Kean.
“Lo bego atau apa? Rachel jadi ratu hari ini ngapain dia berkeliaran!” bisik Kean menahan kesal dengan kebodohan Ray. “Silvy cantik banget, ya!” pujinya fokus pada Silvy yang berdiri sebagai MC.
“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu, selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama perkenalkan saya Silvy Ramadeska, selaku pembawa acara mewakili keluarga Bapak Arya dan Ibu Attania mengucapkan selamat datang kepada keluarga Bapak Yuhda dan Alm. Ibu Santi. Tamu undangan yang berbahagia, puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga pada hari ini Minggu 6 Oktober 2019 kita dapat berkumpul dalam acara lamaran Ananda Ray dan Adinda Rachel. Untuk memberikan keberkahan pada acara yang berbahagia ini sekaligus mendo'akan para sesepuh dan orang-orang tercinta yang telah mendahului kita menemui sang pencipta marilah kita memulai acara ini dengan membaca do'a sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, berdo'a dimulai.” Silvy lega, akhirnya ia bisa menyelesaikan kalimat sepanjang ini yang hanya jeda ketika menarik napas. Matanya tak sengaja melihat Kean yang tersenyum padanya.