TERSESAT DUA DUNIA

Aldaaldifa
Chapter #31

Love Me?

“Kenapa kamu bantuin aku?” tanya Sayang sembari menguyah bubur ayam yang Rachel suapkan.

“Pingin aja,” jawab Rachel asal. Dengan telaten kembali menyuapi Sayang. Ia merawat Sayang seperti saat merawat Silvy saat sakit.

“Kamu udah balikan sama Kak Ray?” tanya Sayang.

“Beberapa jam lagi mungkin.” Rachel tersenyum karena Sayang berhasil menghabiskan bubur ayam yang ia buat. Ia memberikan air dan obat pada Sayang. “Kamu istirahat, ya!”

“Makasih!” Sayang tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya. Ia sekarang tau kenapa Ray sampai mabuk setiap malam kerena Rachel. Gadis itu terlalu untuk disia-siakan. Wajahnya terlihat sangat tulus tanpa dibuat-buat.

“Rachel! Kenapa dia bisa di sini?” tanya Ray terkejut melihat Sayang yang ada di kamar Rachel. Saat ini sedang sedang memancarkan sorot tajam pada Sayang.

“Dia pingsan kemarin!” jawab Rachel. “Kenapa Kakak ngusir dia dari apartemen?” tanyanya penasaran.

“Karena kamu salah paham sama dia, aku gak mau kalau kamu makin mikir yang bukan-bukan.” Ray sedikit menekan kalimatnya karena merasa terpojok dengan tatapan Rachel.

“Sayang, aku tinggal dulu, ya!” Rachel menarik tangan Ray keluar kamar. Membawa Ray ke taman belakang.

Gugup menyapa keduanya. Tatapan rindu masih terpancar di sana. “Aku mau bicara!” ujar mereka berbarengan.

“Kamu duluan aja!” ujar Ray sembari menggaruk tenggkuknya yang tidak gatal.

“Kakak duluan aja!” Rachel menjadi gugup.

“Perempuan dulu!” ujar Ray telak.

Rachel menyampingkan anak rambutnya yang menutupi pipinya. Berusaha menghilangkan kegugupan karena tatapan Ray. Menghebuskan napasnya pelan. “Aku minta maaf, Kak!” pintanya. “Aku salah paham mengenai Kakak dan Sayang, aku terlalu cemburu sampai-sampai aku menjadi ego ….”

Ray meletakkan jari telunjuknya di bibir Rachel. “Kita balikan, ya!” pintanya. Ia merentangkan kedua tangannya meminta Rachel untuk masuk.

Dengan cepat Rachel menerima dekapan Ray. Menyantarkan kepalanya pada dada bidang Ray yang selalu membuatnya nyaman. Aroma maskulin tubuh Ray yang selalu membuatnya rindu. “Aku kangen!” jujurnya.

“Kakak juga kangen banget sama kamu, cinta!” ujar Ray.

“Cinta?” Rachel mendogakkan kepalanya, menatap Ray penuh tanya.

“Iya, cinta. Bukannya cinta mau panggilan khusus yang gak Kakak panggil buat orang lain?” Ray mencubit hidung Rachel.

Wajah Rachel bersemu, ia Kembali menyandarkan kepalanya pada dada Ray. Malu dengan pipi memerahnya. Ia sangat bahagia karena pusat senyumannya kembali.

“Cinta, Kakak bawa sesuatu buat kamu.” Ray melepaskan pelukannya. Mengambil sesuatu yang ia simpan di saku celana Arya yang kini ia pakai. Menunjukkan pada Rachel bahwa ia selalu mengingatnya setiap saat.

“Cincin tunangan kita!?” Rachel dengan cepat memberikan tangan kanannya. Melihat Ray yang kembali memasangkan cincin tunangannya untuk kedua kalinya. “Aku cinta, Kakak!” Ia mendekap Ray erat, sangat erat hingga ia bisa meletakkan kepalanya di bahu Ray.

Ray tentu saja membalas pelukan Rachel. “Kamu cinta pertama dan terahir Kakak, Rachel!” ujarnya.

“Rachel!” Suara Gavin membuat keduanya terkejut.

“Kak Gavin!” Rachel ingin menyususl Gavin yang terlihat kesal meninggalkan taman belakang tapi Ray tak melepaskan pelukannya.

“Kakak masih kangen!”

Rachel kini hanya bisa berdoa supaya Gavin tidak nekat seperti dulu. Ia tidak ingin merelakan kebahagiannya demi Gavin yang terlalu keras kepala. Gavin yang tidak pernah menerima kenyataan jika mereka hanya sekedar adik kakak.

*****

Mobil Gavin melaju kembali ke rumahnya. Pagi ini, ia berencana mengajak Rachel untuk jalan-jalan mengisi waktu di hari Minggu tapi yang ia terima sangatlah menyakitkan. Tamparan yang diberikan Rachel begitu keras setelah perjuangannya selama ini.

“Gue benci sama lo, Chel!” teriaknya sembari membanting setir mobil. Ia memarkir mobilnya asal di halaman rumahnya. Berjalan cepat menuju kamarnya.

Tatapan amarahnya terhujam pada koleksi foto Rachel yang memenuhi kamarnya. “Lo! Gak akan bisa menjadi milik orang lain!” Ia mengambil foto itu dan membantingnya. Meluapkan amarah yang memenuhi hingga ke ubun-ubun kepalanya. “Lo tau, Chel? Gue tu cinta mati sama lo!” Ia mengelus pipi Rachel di foto yang lain. “Tapi lo bahkan gak ngehargai gue!” Foto itu kembali pecah karena Gavin melemparnya. Menghancurkan semua foto Rachel dengan kesal.

“Mama!” Gavin terduduk di ranjang sembari memegang kepalanya yang kini sakit. Ia menangis layaknya beberapa tahun lalu saat kecelakaan itu terjadi. Tangan gemetarnya mengambil serpihan kaca dari bingkai foto Rachel. Menusuk pergelangan tangannya beberapa kali dengan serpihan itu.

“Kalau gue gak bisa dapatin lo di dunia ini, gue pasti bisa dapatin lo di dunia lain!” Gavin menancapkan serpihan itu tepat pada dadanya. Mengakhiri detak waktunya di dunia ini. Menghentikan alur kehidupan yang semestinya masih berjalan. Ia akan memulainya dari awal, melalui tubuh yang tak terlihat.

*****

Suasana di depan ruang penanganan Gavin begitu tegang. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Gavin yang jauh dari kata baik-baik saja. Rasa takut kehilangan menghampiri mereka.

Rachel menggigit bibir bawahnya. Air matanya terus mengalir, ia takut dengan tatapan bundanya yang seolah mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahannya. Sejak kehadiran Gavin, ia merasa tidak mengenal bundanya lagi. Kebahagiannya meluap entah ke mana demi kebahagian Gavin.

“Kamu lihat ‘kan apa yang terjadi?” Attania kembali meluapkan amarahnya pada Rachel.

“Terus aja salahin aku, Bun!” Rachel lelah mendengar kalimat itu terus menerus. Ia sangat bingung, sebenarnya anak bundanya dia atau Gavin. Menahan diri untuk tidak berteriak dan menciptakan keributan di rumah sakit. Berusaha menahan kakinya yang sangat ingin melangkah meninggalkan rumah sakit.

“Ya, memang salah kamu! Udah Bunda bilang ‘kan, Gavin itu belum sembuh total!" Attania membentak Rachel dengan bibir bergetar menahan tangis. Ia sangat bingung mengapa semua ini begitu cepat. Apa yang ia pikirkan terjadi tanpa bisa ia cegah. “Kamu buat Bunda gak bisa jalanin amanah Bunda sama sahabat Bunda!” lanjutnya dengan nada yang tak kalah tinggi dengan tadi.

Lihat selengkapnya