TERSESAT DUA DUNIA

Aldaaldifa
Chapter #37

Endless Anger

Silvy terkejut saat melihat kamar Rachel yang dipenuhi oleh foto Ray. Bahkan foto pertunangannya dengan Kean tidak ada lagi di sana. Tergantikan dengan pernikahan yang diedit menjadi wajah Ray dan Rachel. “Katanya gak mau nikah muda tapi malah ngedit foto nikah!” sindirnya pada Rachel yang terlihat kelelahan.

“Kak Ray yang nempelin semua foto itu!” bantah Rachel, ia tidak akan bertingkah seperti Ray hanya karena berpisah selama seminggu.

“Gila banget tunangan lo!” Silvy memandang wajah Rachel yang ada di foto pernikahan itu. “Keren editannya, kalau gue gak kenal sama lo pasti gue kira beneran,” pujinya yang tertuju untuk sang pengedit.

“Itu foto pernikahan Papa Kak Ray sama Mamanya. Kak Ray yang ngedit.” Rachel ikut melihat foto itu, tersenyum mengingat tingkah lucu Ray.

“Cinta memang lucu, ya!” komentar Silvy. “Lo seharusnya setuju menikah muda, Chel. Kak Ray cinta banget sama lo!” ujarnya.

“Gue perlu mikir-mikir dulu, Sil!” ujar Rachel, ia mengelus wajah Ray yang ada di foto. “Tapi aku juga cinta banget sama Kak Ray!” lanjutnya.

Silvy menguap, ia melihat jam yang menunjukkan pukul 21.14 WIB. “Lo mau ngomong apa, Chel? Gue udah ngantuk nih!” ujarnya.

Tubuh Rachel menegang, kalimat Nevan kembali terngiang di telinganya. Bersiap untuk menceritakan apa yang ia lihat pada Silvy. “Gue bisa lihat arwah Kakek waktu kita di stasiun, Sil dan kemarin malam gue lihat arwah Nenek di samping Bunda!” ujarnya, ia sangat berharap Silvy bisa memberi solusi.

“Terus kenapa, Chel? Kakek sama Nenek gak ganggu kamu ‘kan?” tanya Silvy berusaha menampilkan ekspresi terkejut. Ia melakukan semua ini agar Rachel bisa tau jika Gavin kembali mendekatinya. Ia ingin Rachel tidak lagi berpatok pada Nevan agar ia bisa mencintai Kean.

“Gue ingat waktu Kak Gavin bisa lihat Nevan, Nevan bilang umur Kak Gavin gak lama lagi.” Rachel menelan salivanya kasar, mengingat kejadian malam itu. “Apa umur gue juga gak akan lama lagi, Sil?” tanyanya, air matanya terjatuh perlahan. Ia belum siap menerima kenyataan jika itu semua terjadi.

Silvy terdiam, ia tidak pernah tau jika pikiran Rachel akan melayang ke sana. Sekarang ia malah tidak tau bagaimana cara menjawab pertanyaan Rachel tapi ia juga tidak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tujuannya saat pulang ke kampung kelahiran Gavin.

“Sil?!” Rachel mengguncang bahu Silvy yang terlihat melamun. “Lo denger gue gak, sih?” tanyanya.

“Ehhh iya, Chel!” ujar Silvy terkejut. “Mungkin aja itu kebetulan, Chel! Lagian gak semua dugaan itu benar!” lanjutnya.

“Tapi, Sil.”

“Dengar, Chel! Kakek sama Nenek itu keluarga kita, jadi wajar aja kalau lo bisa liat mereka!” elak Silvy, ia tidak akan membuat Rachel bersedih karena keputusan sepihaknya.

Rachel sekarang paham, perkataan Silvy ada benarnya juga. Ia juga tidak ingin berpikir negatif tentang hubungannya dan Ray. “Lo benar juga, Sil. Gue seharusnya gak mikir gitu,” ujarnya.

“Gitu dong, sahabat gue!” Silvy merangkul Rachel.

“Sil, tapi kenapa Nevan gak pernah muncul lagi walaupun gue panggil?” tanya Rachel, ia penasaran apakah ini ada kaitannya dengan Silvy atau tidak.

Lagi-lagi Silvy terdiam, ia juga tidak pernah lagi melihat Nevan. Ia memang melarikan diri agar tidak berdebat dengan Kean dan tidak bertemu dengan Nevan tapi kenapa Nevan tidak ingin bertemu dengan Rachel? “Gue gak tau, Chel!” jujurnya.

“Padahal dia udah janji bakal datang kapan pun gue panggil!” ujar Rachel.

“Mungkin dia gak mau ketemu gue!” Silvy sangat menyesali perasaan yang membuat Nevan tidak nyaman.

“Sekarang lo masih cinta sama dia?”

“Sedikit!” Silvy berusaha meyakinkan hatinya dengan jawabannya sendiri. “Kok malah gue yang curhat? Kan lo yang mau curhat tadinya!” ujarnya mengalihkan pembicaraan.

“Kan udah tadi.” Rachel tau jika Silvy berusaha mengalihkan. “Lo harus bisa balas perasaan Kak Kean, tu cowok baik banget lho!” ujarnya, ia merebahkan diri di ranjang.

“Iya, gue pasti bisa balas cinta Kak Kean!”

Mereka tersenyum, sama-sama membayangkan masa depan. Menatap lain kamar sebagai monitor kebahagian. Yakin dengan cinta dan hati mereka.

*****

Hari ini adalah awal Ray memulai karir. Berusaha yang terbaik untuk melanjutkan perusahaan papanya. Senyum merekah tercetak di bibirnya setelah menyepakati hubungan kerja sama dengan pembisnis sukses.

Jam tangannya menunjukkan pukul 12.34 SGT yang berarti Indonesia sekarang menunjukkan pukul 13.34 WIB. Ia mengingat jelas jika Rachel tidak ada jadwal kuliah sekarang. Tunangannya itu pasti saat ini sedang memakan bakso dengan Silvy di kantin.

Hatinya memanas saat melihat video Rachel tertawa bersama teman seangkatannya bernama Arsen. Mereka terlihat sangat menikmati video yang ada di ponsel Arsen hingga tidak memerdulikan keberadaan Silvy. Ia memang menyewa seseorang untuk terus mengikuti kegiatan Rachel saat di luar rumah karena memang telah menduga pasti akan banyak pria yang memanfaatkan kesempatan ini.

Tanpa Ray tau, Gavin melihat kecemburuan Ray itu. Ia ingin membuat Ray semakin marah dan membentak Rachel. Tak ingin membuang kesempatan ini dan langsung masuk ke dalam tubuh Ray.

Mengendalikan semua anggota tubuh Ray. Ia menghubungi Rachel, akan meluapkan amarah Ray yang ditambah dengan amarahnya. “Kamu apa-apaan, Chel?” tanyanya langsung dengan nada keras begitu panggilan itu tersambung.

“Maksud Kakak apa?” tanya Rachel lembut, terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba ia lontarkan.

“Chel, kamu baru sehari aku tinggalin aja udah kecentilan gitu apalagi kalo seminggu!” Gavin tertawa dalam hati karena sudah bisa merasuki Ray. Kalimatnya itu pasti akan membuat Rachel marah.

“Kakak kenapa? Aku gak pernah kecentilan sama cowok lain!” tekan Rachel, ia marah dituduh seperti itu tanpa tau alasannya.

“Pantes aja kamu gak mau kita nikah cepet, karna kamu gak mau ‘kan waktu kamu buat kecentilan sama cowok lain habis karna ngurusin aku!” Gavin kembali mengeluarkan kalimatnya dengan raga Ray. Permainan ini sangat seru tapi ia harus segera keluar dari tubuh Ray dan pergi sebelum Ray melihatnya.

“Kakak kenapa marah-marah gak jelas gini sih? Kalau gagal buat klien percaya jangan imbasnya ke aku dong!” kesal Rachel lalu memutuskan panggilan sepihak.

Ray tergugu, kemarahan Rachel membuatnya terkejut. Ia tidak ingat apa yang ia katakan hingga membuat Rachel memutuskan panggilan dengan ketus seperti itu. Seharusnya ia yang marah di sini bukan Rachel.

Ia mencoba menghubungi Rachel lagi ingin meluruskan apa yang terjadi tetapi Rachel tidak menerima panggilannya. Tunangannya itu sangat marah sekarang tetapi ia tidak tau apa sebabnya. “Kok gue bisa lupa?” gumamnya sembari menatap langit. Berharap ingatannya kembali pulih.

“Tunggu! Gue gak gila ‘kan bilang itu ke Rachel?!” gumamnya terkejut saat mengingat dengan jelas apa yang ia katakan. Kalimat yang tak pantas ia lontarkan untuk gadis selembut Rachel. Nada bicaranya yang meninggi seolah benar-benar di luar kuasanya. “Gue kenapa?” gumamnya, menatap pantulan dirinya di cermin. Tidak ada yang aneh pada dirinya. Gerangan apa yang membuatnya bisa bicara seperti itu, ia sendiri tidak tau.

Ia memutuskan mengambil beberapa minuman. Memikirkan itu membuat kepalanya sakit. Rachel juga pasti tidak mau bicara padanya saat ini dan ia akan meluruskan semuanya besok.

*****

Rachel mengeluarkan salah satu foto Ray dari bingkainya. Ia kesal dengan apa yang Ray katakan untuknya. Video yang Ray kirimkan padanya semenit sebelum menghubunginya menunjukkan bahwa pria itu cemburu. Cemburu yang menurutnya terlalu berlebihan.

Lihat selengkapnya