TERSESAT DUA DUNIA

Aldaaldifa
Chapter #42

Yes, He's My Destiny

Semua mata tertuju pada Rachel yang menuruni tangga sembari tersenyum. Tak ada gurat sedih yang biasa terkurung di wajah Rachel sejak Ray meninggal. Semua seolah baik-naik saja.

“Pagi Bunda, pagi Ayah!” sapa Rachel. “Pagi Kak Kean, pagi Silvy!”

“Pagi!” ujar mereka, ragu untuk mejawab.

“Kenapa kalian liat aku gitu amat sih?” tanya Rachel yang sebenarnya sudah tau maksudnya.

“Gak papa, Chel, tapi hari ini kamu keliatan makin cantik … awww Silvy!” Kean menyesali kalimatnya karena Silvy menginjak kakinya. Ia melihat Silvy yang melotot tajam padanya. “Gak usah cemburu gitu, sayang. Kamu jauh lebih cantik dari Rachel!” ujarnya.

“Buaya!” ujar Rachel membuat Arya dan Attania menggelengkan kepala mereka.

“Bagaimana tidurmu, sayang?” tanya Attania.

“Nyenyak, Bun,” bohong Rachel.

“Syukurlah,” ujar Arya.

Mereka sarapan dalam diam. Hanya dentingan sendok yang menyapa piring menemani mereka. Pikiran mereka berlarian menuju masa depan.

“Bunda-Ayah, aku … setuju buat nikah sama Pak Eros!” ujar Rachel yakin.

Arya hampir saja memuntahkan kopi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Kalimat yang Rachel lontarkan membuat dunianya seakan berhenti beberapa detik. Ia terkejut dengan keputusan Rachel yang berubah secepat ini. “Kenapa?” tanyanya.

“Kenapa apanya, Yah?” tanya Rachel.

“Kamu kenapa bisa berubah pikiran secepat itu?” tanya Arya memperjelas pertanyaannya.

“Aku gak mau jatuh cinta kedua kalinya dan nangis lagi. Sekarang, aku nurut aja apa yang Ayah sama Bunda bilang. Aku yakin itu semua pasti baik buat aku!” ujar Rachel sembari tersenyum.

“Pukul aku, Kak!” ujar Silvy yang terkejut dengan tingkah sahabatnya yang bisa semanis ini. “Awww!” teriaknya saat Kean menginjak kakinya. “Kakak balas dendam ya?” tanyanya kesal. Ia menunduk mengusap kakinya yang sepertinya memerah karena injakan Kean.

“Kan kamu yang suruh!” ujar Kean sembari menyubit pipi Silvy.

“Kakak!”

“Udah-udah, malah kalian yang ribut?!” ujar Attania. “Bunda udah kunci perkataan kamu dan kamu gak bisa menariknya lagi Rachel!” ujarnya.

“Iya, Bunda.” Rachel sudah memikirnya sepanjang malam. Ia tidak ingin ada yang terluka karenanya. Jika ini takdirnya maka cukup ia yang menangis, jangan ada air mata juga di pipi keluarganya.

Kejadian semalam cukup membuatnya kecewa pada Ray. Ia akan mencoba mengikhlaskan Ray agar pria itu juga ikhlas dengan kematiannya. Pada takdir yang mengatakan jika mereka tak berjodoh.

*****

Senyuman menghiasi pagi ini. Para mahasiswa melemparkan ucapan selamat pada Rachel. Mereka bahagia karena akhirnya Rachel kembali membalas senyuman mereka.

Rachel merasa dadanya sesak saat membalas senyuman mereka. Ia bagaikan artis yang sedang berakting di depan kamera sekarang. Ia berusaha terlihat bahagia demi keluarganya dan demi semua orang tapi ia malah memukul batinnya sendiri.

Sebuah kejutan menyapanya saat ia sampai di kelas. Teman seangkatannya memberi sambutan tentang keputusannya untuk menerima Eros. Memperlihatkan kartu undangan pernikahannya dengan Eros.

“Selamat, Chel!” ujar Arsen sembari menunjukkan kartu undangan itu padanya. “Kartu undangan yang bagus!” ujarnya.

Saliva Rachel tertahan di tenggorokan. Ia melihat kartu undangan pernikahan itu. Kartu yang sama persis dengan pilihannya bersama Ray, noda pena yang seharusnya tertera dengan namanya dan Ray bukannnya namanya Eros.

Tanpa Rachel sadari, ia menggenggam kartu undangan milik Arsen hingga membola. Lagi-lagi, ia kembali kecewa dengan takdir. Ia tidak bisa mengendalikan emosinya hingga ia menangis dan terduduk lemah di lantai yang dingin. Ini terlalu menyakitkan baginya tapi mereka malah tersenyum dan tak pernah memikirkan perasaannya.

“Chel! Maafkan kami, kami tak berniat menyakitimu!” ujar Arsen, ia sangat terkejut dengan sikap Rachel yang tiba-tiba seperti ini.

“Aku gak papa!” ujar Rachel. Ia berdiri lalu duduk di pojok belakang dan menatap keluar jendela.

Silvy tersenyum kaku pada teman-temannya. Ia berlari menyusul Rachel, seharusnya ia tau apa yang sedang terjadi pada Rachel. Sahabatnya itu terpukul karena Ray yang mencoba membunuhnya dan Kean. “Chel, gue bakal bicara sama Bunda kalo memang ini berat buat lo!” ujarnya, ia merasa sangat bersalah karena selama ini tidak berada di pihak Rachel.

“Jangan Sil, gue gak mau mainin perasaan Pak Eros!” ujar Rachel sembari menghapus air matanya. “Gue baik-baik aja!” ujarnya sembari tersenyum.

“Chel, gue minta maaf!” ujar Silvy.

“Lo gak salah, Sil tapi mungkin … takdir gue yang terlalu menyedihkan!” ujar Rachel.

“Chel ….”

“Udah, Sil. Gue mau tenangin diri dulu!” Rachel kembali menatap keluar jendela.

*****

Rachel hanya berdiri di luar mobil Eros. Ia ragu untuk masuk dan mengiyakan ajakan Eros untuk berkencan. Takut jika apa yang ros lakukan nanti akan mengingatkannya pada Ray.

Lihat selengkapnya