Wanita bertinggi badan 155 sentimeter itu berusaha mengulurkan tangannya untuk menerima semangkuk bakso yang sudah ia pesan. Setelahnya, Vita kembali duduk bersama Leona di kantin kampus. Iya, mereka sudah kembali dari Korea. Keduanya sudah di Indonesia sekarang. Tepatnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur tempat di mana mereka dilahirkan.
Terlihat jelas kedua wanita ini sangat kelaparan. Bagaimana tidak? Sejak pagi hingga hampir mendekati waktu Zuhur, mereka sibuk mengurus beberapa dokumen serta beberapa urusan di kampus untuk kepentingan wisuda mereka yang akan dilaksanakan pada awal bulan Juli nanti.
“Baru aja dua hari nyampe rumah, eeeh ... langsung ke kampus ngurus beginian. Duh, capeknya bukan main,” ungkap Vita sembari menambahkan sambal ke dalam kuah baksonya. “Eh iya, hadiahmu yang dari Daehan udah kamu buka belum? Kamu dapat hadiah apa?”
Diseruputnya perlahan kuah bakso. “Aku dapat sweater sama topi rajut gitu. Warna pink,” jawab Leona. “Kalau kamu?”
“Ih, kok warna pink? Itu, kan warna kesukaanku. Enak banget dong kamu dapat warna itu. Lah, aku malah hanya dapat selimut warna kuning. Kamu tahu sendiri, kan kalau aku enggak suka warna kuning ... hadiahnya juga belum aku keluarin dari box. Males aku.”
“Jangan begitu dong, Vit. Dia ngasih kita hadiah apapun itu kita syukuri aja. Dia juga enggak tahu warna kesukaan kita, kan. Jadi ya udah. Kalau kamu mau, ambil aja hadiahku. Dateng ke rumah tapi, ya. Selimutmu ya dikeluarin dong dari box-nya, dipakai. Jangan gitu ih. Enggak kasihan kamu sama Daehan?”
“Iya deh ... nanti aku pake selimutnya. Setelah makan bakso kita mau ke mana lagi nih, Say?”
“Habis ini kita ke musala kampus, salat Zuhur dulu. Setelah itu kita ke toko, ngelihatin kebaya-kebaya. Siapa tahu ada yang bagus, kan?”
Vita mengangguk. “Oke!”