Terukir sebelum Terjadi

Shabrina Farha Nisa
Chapter #1

Matahari Pagi Fajar dan Sketsa Ambisi Arya

Matahari Pagi Fajar

Langit baru saja memamerkan semburat jingga pertamanya ketika Fajar sudah terjaga, seolah menyambut mentari lebih dulu dari siapapun di kota kecil mereka. Bukan alarm yang membangunkannya, melainkan gelora ambisi yang tak pernah benar-benar terlelap. Di usianya yang baru menginjak dua puluh delapan, Fajar telah menjelma menjadi ikon kesuksesan lokal. Bisnis kafe dan rantai pasok kopi yang dirintisnya dari nol kini menjadi buah bibir, tumbuh pesat melampaui ekspektasi banyak orang, termasuk dirinya sendiri, terkadang.

Tangannya sigap meraih ponsel di nakas. Notifikasi berderet, laporan penjualan semalam, beberapa pesan dari manajer operasional, dan pengingat jadwal pertemuan pagi ini dengan calon investor untuk cabang baru di kota sebelah. Senyum tipis terukir di bibirnya. Semua berjalan sesuai rencana, bahkan lebih baik. Baginya, ini adalah bukti sahih bahwa kerja keras adalah panglima tertinggi. Setiap tetes keringat, setiap jam yang ia korbankan untuk begadang merancang strategi, setiap risiko yang ia ambil—semuanya adalah anak tangga menuju puncak yang kini mulai ia rasakan pijakannya.

Sambil menyeruput kopi hitam pekat hasil gilingan biji terbaik dari kebun mitranya—sebuah detail yang selalu ia banggakan—Fajar memandang keluar jendela apartemen sederhananya yang menghadap ke arah jalan utama kota. Deru kendaraan pagi mulai terdengar. Ia membayangkan roda-roda bisnisnya yang juga terus berputar, menggerakkan mimpi-mimpinya. "Tidak ada yang namanya keberuntungan cuma-cuma," gumamnya pada diri sendiri, lebih sebagai afirmasi daripada refleksi. "Orang bilang aku bernasib baik. Mereka tidak lihat malam-malam panjang saat aku merintis ini semua, saat yang lain tidur, aku bekerja."

Lihat selengkapnya