Terukir sebelum Terjadi

Shabrina Farha Nisa
Chapter #2

Kanvas Euforia Luna dan Bintang Aisha yang Bersinar

Kanvas Euforia Luna

Di belahan lain kota yang sama, di sebuah galeri seni yang ramai oleh kilatan lampu kamera dan denting gelas sampanye, Luna berdiri di tengah pusaran kekaguman. Kanvas-kanvasnya yang penuh warna dan ekspresi liar berhasil memukau para kritikus dan kolektor. Pameran tunggal perdananya viral, menjadi buah bibir di kalangan pencinta seni. Wajahnya, dengan senyum yang tak pernah lepas, menghiasi berbagai laman berita dan majalah gaya hidup. Dunia terasa ada dalam genggamannya.

Luna, sang pelukis berjiwa bebas dan ekspresif itu, sedang berada di puncak popularitas dan pengakuan. Setiap sapuan kuasnya seolah memiliki sihir, mampu menerjemahkan gejolak jiwa ke dalam bentuk visual yang memikat. Ia menikmati kebebasan berkarya, pengakuan atas bakatnya yang meluap-luap, dan semua kemudahan yang datang bersama ketenaran. Pujian dunia terasa memabukkan, membuatnya sedikit terlena, seolah semua ini adalah haknya yang tak terbantahkan.

Malam itu, di tengah riuh tepuk tangan dan ucapan selamat, Luna mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Kanvas hidupnya terasa begitu sempurna, penuh warna-warni cerah tanpa sedikit pun bayangan kelabu. Ia adalah penentu takdirnya sendiri, sang seniman yang melukis realitas sesuai keinginannya. Belum terlintas dalam benaknya bahwa kanvas tak selamanya berisi euforia, dan bahwa inspirasi yang kini mengalir deras bisa saja mengering tanpa permisi.

Bintang Aisha yang Bersinar

Lihat selengkapnya