Terukir sebelum Terjadi

Shabrina Farha Nisa
Chapter #7

Gema Ayat dan Pertanyaan

Gema Ayat di Relung Hati yang Gundah

Penjelasan Ustadz Hamid tentang Surat Al-Hadid ayat 22 malam itu tak langsung mengubah segalanya, namun ayat tersebut mulai menggema tanpa henti di benak Arya, Luna, dan Bu Ratna. Dalam kesendirian dan kegelisahan masing-masing, mereka mulai merefleksikan rentetan kejadian yang menimpa mereka dalam sebuah bingkai yang sama sekali baru.

Bagi Arya, sang arsitek logis, ayat itu terasa mengusik. "Mungkinkah…" bisiknya dalam hati, menatap langit-langit kamarnya yang kosong, "...kegagalan proyek monumental itu, dan penyakit sialan ini… semuanya sudah tertulis?". Konsep takdir terasa begitu bertentangan dengan segala prinsip yang ia pegang teguh selama ini. Pergolakan hebat antara logika yang selama ini menjadi panduan hidupnya dan secercah iman yang baru tersentuh mulai berkecamuk dalam dirinya.

Luna, di studionya yang kini terasa hampa, juga tak luput dari gema ayat tersebut. Kuasnya masih tergeletak, tak tersentuh. "Jika kesusahan memang sudah tertulis," gumamnya, memandang kanvas kosong di hadapannya, "apakah berarti kesuksesanku yang melambung itu juga bagian dari tulisan-Nya? Lalu, apa artinya semua ini? Apa makna dari bakat dan usahaku selama ini?". Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar, mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan.

Lihat selengkapnya