Terukir sebelum Terjadi

Shabrina Farha Nisa
Chapter #15

Syukur yang Melapangkan

Seiring dengan kesabaran yang terus mereka pupuk, Arya, Luna, dan Bu Ratna juga mulai belajar untuk menghidupkan energi positif lainnya dalam jiwa mereka: rasa syukur. Bukan hanya syukur atas nikmat besar yang pernah mereka terima atau yang mungkin akan datang, tetapi syukur atas setiap hal kecil yang seringkali luput dari perhatian.

Mereka belajar mensyukuri secangkir kopi hangat di pagi hari, senyum tulus dari orang asing, kesehatan yang masih tersisa, atau bahkan hikmah yang terasa begitu pahit di awal namun ternyata membawa kebaikan di kemudian hari. Arya mungkin bersyukur atas kemajuan kecil dalam proses penyembuhannya atau ide baru yang muncul untuk masa depannya. Luna bisa jadi bersyukur atas setiap goresan kuas yang kembali mengalirkan inspirasi atau percakapan mendalam dengan sahabat. Bu Ratna tak henti bersyukur atas setiap kue yang berhasil ia jual atau dukungan moril dari orang-orang di sekitarnya.

Rasa syukur yang tulus ini, yang mereka latih setiap hari, ternyata memiliki kekuatan luar biasa. Ia seolah membuka pintu-pintu kemudahan yang tak terduga, melapangkan jiwa yang sempit, dan menghadirkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang seringkali lebih bermakna daripada euforia sesaat. Hati mereka menjadi lebih kaya, bukan karena materi, tetapi karena kemampuan untuk melihat dan menghargai setiap anugerah, sekecil apapun itu.

Lihat selengkapnya