Teruntuk Hamba Allah

Setya Kholipah
Chapter #22

Sebuah Kekecewaan

Aufa memasuki perkarangan rumah Zidan. Tidak ada senyum yang tercetak di bibirnya, hanya ketakutan yang berusaha ia tutupi di balik ekspresi dinginnya.

Dulu, Aufa selalu tidak sabar mendatangi tempat ini terlebih lagi saat menjemput istrinya. Namun, yang ia lakukan sekarang bukanlah itu. Ia tidak tahu apakah hal itu kembali terjadi lagi di kedepannya atau tidak setelah Alsya tahu semuanya. Ia serahkan kepada Allah.

Aufa menatap Zidan, Manda, dan Nayra dengan tatapan kosong.

"Saya merasa nggak melakukan hal itu," ucap Aufa tetap kokoh pada pendiriannya. "Saya yakin kalau saya dijebak."

"Apa kamu ada bukti kalau semua ini jebakan, Fa?" Nayra angkat bicara. Ia berdiri dan menunjuk Aufa dengan marah. "Kamu sadar 'kan saat bangun dari hotel bagaimana kondisi kita, Fa?!" teriaknya tidak terima. Ia menangis sejadi-jadinya.

Zidan yang sedari tadi diam hanya memegang kepalanya. Pikirannya kalut, tidak menduga jika hal ini terjadi pada Nayra. "Nay, Ayah nggak pernah ngajarin kamu melakukan zina," ucap Zidan. Pandangannya menatap lurus ke depan.

Sedangkan Manda berdiri dengan tatapan tajam me arah putrinya. "Kenapa kamu lakukan ini, Nay? Bunda ngerasa gagal didik kamu." 

"Aufa yang lakukan, Bun," elak Nayra, tangisnya semakin menjadi. 

Rasa sesak menghujam. "Saya yakin, saya dijebak. Saya bahkan nggak ngerasa melakukannya, Yah."

"Maksud kamu, kamu nuduh anak saya sekeji itu sampai jebak kamu. Saya yakin Nayra nggak mungkin melakukan itu," ucap Zidan dengan penuh penekanan. "Saya tahu Nayra daripada kamu!"

"Tapi saya yakin, Yah. Saya nggak ngerasa lakuin hal zina itu. Saya yakin anak di kandungan Nayra bukan anak saya." Aufa terus mengelak.

Zidan menatap tajam kepada Aufa. ia mendekati menantunya itu dan meraih kerah bajunya.

Bugh!

"Yah, cukup!" kata Nayra nyaring. Ia berlari melindungi Aufa meski cowok itu menepisnya agar menghindar. "Ayah nggak boleh kasar sama Aufa!"

"Maksud kamu, anak saya seorang pelacur yang sudah lakuin hal zina itu ke cowok lain selain kamu? Kamu sama saja merendahkan anak saya, jaga mulut kamu!" bentak Zidan.

"Tapi itu-"

"Saya nggak mau tahu-"

"Setelah melahirkan, saya akan tes DNA. Saya akan buktikan bahwa anak di kandungan Nayra bukan anak saya. Karena saya yakin kalau saya dijebak, nggak mungkin saya hilang kendali sampai menghamili kakak ipar saya sendiri."

"Bukti apa yang mampu buat saya percaya sama kamu?" tanya Zidan sinis.

Aufa terdiam seketika. Tidak ada bukti kuat yang mampu membela dirinya. Berpegang pada omongan, semua orang pasti tidak percaya.

"Saya kenal dengan Nayra dari SMA dan saya tahu dia selalu menjaga kesuciannya, Yah."

"Jangan sebut saya Ayah lagi!"

Aufa menghela napas. "Baik, Tuan Zidan, tidak ada seorang wanita yang terbangun dengan pria bukan mahramnya dan dia tampak santai, tidak ada guratan penyesalan dari wajahnya."

"Maksud kamu apa, HAH?!"

"Bisa saja Nayra melakukannya kepada pria lain selain saya dan pria itu tidak mau tanggung jawab sehingga saya yang menerima konsekuensi ini."

Plak!

Tamparan keras mendarat mengenai pipi Aufa. Rasa nyeri menjalar hingga membuat Aufa bungkam. Senyum getir terpancar dari wajahnya.

Nayra tercengang melihat kejadian di depan mata hingga sebulir air mata jatuh mengenai pipinya. "Nayra tidak sejahat itu, Yah."

"Jangan pernah menjelek-jelekkan anak saya. Saya menyesal merestui kamu dengan Alsya. Kalau saja saya tahu sifat brengsek kamu seperti ini. Lebih baik saya jodohkan Alsya dengan Rafka dari pada kamu!" Zidan menunjuk Aufa.

"Ceraikan Alsya dan biarkan dia bahagia!" Ucapan itu lolos dari bibir Manda yang sedari tadi diam.

Aufa menatap ibu mertuanya tak percaya. Bagaimana bisa ia sanggup melihat istri tercintanya bersama pria lain nantinya. Ia tidak akan melepaskannya. Aufa yang biasanya selalu tegar, kini tanpa ia sadari sebulir air mata lolos mengenai pipinya. Membayangkan istrinya membuatnya tidak rela melepaskannya, ia yakin Alsya kini tersakiti karenanya.

Zidan melepaskan cekalannya dari kerah Aufa. "Nikahin Nayra, Fa." Kini, Zidan yang angkat bicara.

Kebisuan menyergap selama beberapa detik. Aufa mengusap rambutnya frustasi.

Sudah cukup Aufa menyakiti Alsya. Menikah dengan Nayra semakin membuat Alsya tersakiti untuk yang kedua kalinya. 

Lihat selengkapnya