“Aku ingin menikahi kamu.”
Nayra membelalak terkejut. Matanya membulat besar dan tidak menyangka mendengar ucapan yang keluar dari bibir Rafka.
“Kamu udah gila, ya?” tanya Nayra sembari menautkan alisnya ragu.
“Nay, aku serius.”
"Masa?"
Mendadak mata teduh Nayra berubah menahan amarah. Namun hanya sementara, ia kembali murung dengan pandangan mengabur.
"Nay--"
“HAHAHAHA!” Suara gelak tawa yang begitu mengerikan menggema di ruangan Nayra, membuat Rafka tiba-tiba gemetar ketakutan.
Rafka berdiri mematung melihat ekspresi Nayra yang tiba-tiba berubah bak monster siap menerkam. "Nay, kamu kenapa?”
Bukannya menghentikan gelak tawanya. Nayra justru tertawa semakin keras. “Kamu sudah bunuh ayahku dan sekarang kamu mau nikahi aku untuk bunuh aku dan bayi aku juga, kan?”
Rafka cepat menggeleng. “Kamu lihat aku, aku serius bilang ini ke kamu.”
Nayra menatap mata Rafka dengan lekat. “Kamu itu pria brengsek, penipu, bejat, pembunuh, dan psikopat.”
Rafka tergelak mendengar ucapan yang keluar dari bibir Nayra. Sementara ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap Nayra cukup lama. Mata terpejam sebentar dengan napas teratur masih membuat Rafka bergidik ngeri.
“Aku nggak mau menikah sama pembunuh ayahki!” teriaknya dan mengacak rambutnya frustasi. "Pembunuh kamu, Raf ..."
“Aku minta maaf.”
“Ka—kamu pembunuh.” Nayra menjauhkan tubuhnya dari Rafka. Takut jika cowok itu berbuat hal menyakitkan kepada dirinya.
"Aku nggak mungkin bunuh kamu," ucapnya penuh keyakinan.
"Terus kamu ngapain di sini?"
"Aku mau kita menikah."
"Dulu kamu nggak mau tanggung jawab dan minta aku ngelakuin sesuatu yang buat ayahku sampai meninggal. Jahat banget ya kamu. Aku juga bodoh kenapa mau," erangnya dengan suara parau.
"Aku minta maaf." Hanya maaf, maaf, dan maaf yang bisa Rafka lontarkan.
"Kenapa kamu nggak bunuh aku juga?" tanyanya dengan senyum miring.
Rafka bingung. Tawa kecil dan tatapan mata tajam membuat sekujur tubuh Rafka bergetar. “Nay.”
“Pergi," teriaknya. "HAHA!"
Rafka diam mencerna apa yang terjadi.
“Pergi!” Nadanya semakin meninggi.
“Nay...”
“PERGI SEKARANG!”
“HENTIKAN, NAY!” teriak Rafka tak kalah nyaringnya.
Bukannya diam. Nayra mendadak mengeluarkan air matanya. “Kamu mau bunuh bayi aku.”
“Nay, aku nggak pernah memiliki keinginan untuk membunuh anak aku sendiri.”
"Tapi kamu pembunuh," ucapnya.
Nayra turun dari brankar dan menghindari Rafka yang berusaha mendekatinya. Ia semakin berteriak nyaring hingga membuat beberapa perawat masuk melihat kondisinya.
Ya, kondisi Nayra benar-benar kacau dengan rambut acak-acakan dan wajah pucat pasi. Tangannya bergetar hebat menahan segala ketakutan. Trauma melihat tindakan Rafka, Nayra kembali berteriak, "KALIAN SEMUA PERGI DARI SINI!”
Nayra menghindari semua orang yang berusaha mendekatinya dan berusaha berlari sejauh mungkin menjauhi orang-orang yang dalam pikirannya ingin menyakitinya. Ia takut orang-orang itu membunuhnya dan bayinya.
“TOLONG! ADA PEMBUNUH!” teriaknya melewati koridor rumah sakit.
“NAYRA INI BUNDA!”
Nayra menutup telinganya. Ia tidak ingin mendengar siapapun yang memanggilnya. Mendengar suara itu seolah mendengar suara Rafka dengan nada devil penuh ancaman.
Ia tidak tahu hendak berlari kemana. Pikirannya hanya satu, menghindari orang-orang yang berusaha menyakitinya.