Teruntuk Kamu

nothin' on me
Chapter #2

Masa Udah Telat Aja?

Dengan segala bentuk usaha yang seharusnya diberi point plus tersendiri, akhirnya Fafa dapat menginjakkan kakinya di depan gerbang sekolah. Namun, usaha terbaik dengan bantuan Google Maps dan tekad kuatnya, masih belum cukup membuat Fafa datang dengan tepat waktu. Bayangkan saja sekesal apa Fafa sekarang. Sudahlah bangun telat—ini pertama kalinya ia bangun telat selama 16 tahun hidupnya!—tak sempat mencicipi sarapan nasi goreng spesial request-annya, rantai sepeda yang lepas, ditambah lagi dengan adanya fakta (menyakitkan) bahwa gerbang sekolah sudah dikunci rapat. Ah sungguh, ekspektasi Fafa benar-benar terbalik dari realita yang ia dapat.

Siapa pula yang menginginkan hari pertama sekolahnya harus seburuk ini? Maksud Fafa, ia adalah anak pindahan yang mendapat beasiswa sebagai tunjangan di SMA barunya. Seorang murid berbeasiswa ditambah telat di hari pertama pindah tidak sama dengan sesuatu yang patut dibanggakan. Dari sekian banyak murid yang rela bersaing demi merebut beasiswa, siapa yang menyangka, justru beasiswa tersebutlah yang mengincar Fafa. Beasiswa penuh untuk tiga tahun selama menjalani tahapan menuju kedewasaan di SMA ternama bukan sesuatu yang merugikan. Fafa punya prinsip, selagi itu tidak memiliki dampak negatif padanya, ya jalankan saja. Apalagi sekolah barunya ini memiliki program-program yang dapat menunjang sepak terjangnya di dunia perkuliahan.

Baiklah, Fafa rasa, ia harus menjeda kekagumannya dikala melihat gedung sekolah dari balik gerbang. Dibanding mencari apa saja keunggulun sekolah barunya, jelas masih ada masalah yang jauh lebih besar yang harus ia hadapi; bagaimana cara masuk ke sekolahnya sekarang? Ketika Fafa mengedarkan pandangan, tidak ada seorangpun yang tertangkap oleh retina matanya. Satpam sekolah yang seharusnya berada di pos penjaga saja tak terlihat. Sedangkan Fafa tak dapat membuka gerbang sekolah yang dikunci dengan gembok besar berwarna tembaga tersebut. Serius, Fafa amat menyesal tak mempelajari cara membuka gembok dengan kawat yang biasanya menjadi pekerjaan Andra—Ayah Fafa—jika Ibu lupa membawa kunci gerbang rumah. Huh, padahal Fafa senang mempelajari hal baru. Itulah mengapa Fafa bodoh sekali ketika tak berniat untuk meminta Ayah agar mengajarinya membuka gerbang dengan kawat.

“Kayanya lo sama sekali gak berbakat deh untuk nyabotase gembok.”

Seruan seseorang dari arah belakang membuat Fafa berjengit kaget. Tangannya yang sedari tadi berusaha mengutak-atik gembok dengan jepit rambut secara asal, ia sembunyikan di belakang punggung. Bisa bahaya jika ada yang mengadu bahwa Fafa mempunyai otak-otak kriminal. Apalagi jika yang mengadu adalah cowok dengan tangan yang menenteng sepeda di hadapannya ini. Maksud Fafa—yang benar saja—cowok tersebut terlihat seperti wajah-wajah yang tak pernah berbohong. Sangat polos, tanpa ekspresi. Well, setidaknya Fafa bersyukur dan dapat bernapas lega saat melihat ia juga menggunakan sepeda untuk ke sekolah sama dengan dirinya. Fafa sempat berpikir bahwa sepeda masuk ke list ‘tak boleh digunakan’ saat melihat parkiran sekolah yang terisi penuh dengan mobil dan motor.

“Lo anak baru ya?” pertanyaan cowok tersebut membuat Fafa mengangguk yakin. “Masa udah telat aja?” lalu, Fafa memberenggut.

Ya ampun, terkesan separah itu kah?

Melihat cowok tersebut yang berjalan ke arah timur menjauhi gerbang sekolah, membuat Fafa heran. “Kamu akan bolos ya?”

Langkah kaki cowok bersepatu hitam-putih itu sukses terhenti, kemudian ia menoleh ke arah Fafa dengan pandangan seakan berkata ‘serius-lo-berpikiran-kaya-gitu?’ yang tak diucapkan keras-keras.

“Gak pernah ada kata bolos di kamus kehidupan gue.”

“Lalu, kamu akan pergi kemana?”

“Ya, mau ke kelas lah. Bentar lagi jam upacara selesai.” jawab cowok tersebut setelah melirik jam tangannya.

Spontan, Fafa ikut mengecek jam tangannya. Walaupun sebenarnya ia tak tahu jam berapa tepatnya upacara selesai. “Bagaimana caranya kamu dapat masuk? Gerbang sekolah telah terkunci rapat.” cowok tersebut mengikuti arah telunjuk Fafa yang mengarah ke gerbang. “Atau kamu mau mencari kawat untuk membuka gembok? Aku ada jepit rambut, kamu bisa pakai jepit rambutku.”

“Siapa yang bilang gue mau ngebuka gembok?” kernyitan terlihat jelas di kedua alis matanya yang tebal. “Siapa yang bilang gue mau buka gembok kaya yang coba lo lakuin tadi?”

“Hmm, lalu kamu akan masuk lewat mana?”

“Lewat jalan lain.”

“Aku boleh—“

Dengan cepat, cowok tersebut menyela. “Kalau mau ikut, ya udah cepetan. Ntar kita malah ketahuan lagi.”

Tanpa pikir panjang, Fafa mengangguk cepat dan mengikuti dari belakang. Sepedanya yang bernasib miris dengan rantai lepas tersebut sedikit menyusahkan dirinya. Ia belok ke kanan dan ke kiri melewati jalan-jalan kecil yang terlalu mepet antara satu rumah dengan rumah di sebelahnya. Jalan setapak yang jika Fafa sendiri yang melewatinya, sudah pasti ia akan tersesat, kebingungan sendiri menentukan ingin ambil arah kanan atau kiri. Terlalu sibuk memperhatikan keadaan sekeliling membuat Fafa tak menyadari cowok tersebut telah menghentikan langkahnya. Hal ini mengakibatkan sepedanya sempat menyenggol sepeda milik cowok satu ini. Fafa hanya bisa tersenyum kikuk saat dihadiahi tatapan sinis. Ia semakin dibendung rasa bingung saat melihat cowok tersebut yang berhasil membuka gembok dari gerbang kecil dengan kunci yang diambil di sakunya.

“Kunci duplikat, lo gak perlu heran.” jelasnya tanpa diminta.

Yah, Fafa juga tidak sebodoh itu untuk menebak cowok tersebut menggunakan kunci duplikat. Namun, tepatnya yang membuat Fafa bertanya-tanya di dalam hati adalah mengapa cowok ini bisa memiliki kunci duplikat gerbang belakang sekolah. Meskipun begitu, Fafa juga tidak ingin mempermasalahkan hal yang satu ini sih. Syukur-syukur ia bisa masuk dengan selamat. Ah, benar juga. Yang ia lakukan saat ini... aman, bukan?

“Serius, apakah kita akan masuk menggunakan gerbang ini?” tanya Fafa memastikan.

Cowok tersebut berjalan menentang sepedanya masuk. Lalu ia membuka lebar gerbang mengizinkan Fafa juga ikut masuk. “Ya, terus, lo mau lewat mana lagi? Emang ada jalan lain?”

Lihat selengkapnya