Blurb
Kalau Galah Panjang Sejengkal, Jangan Laut Hendak Kau Duga. Agaknya kata bijak ini telah memberikan tamparan kecil dipipi kita, betapa kita semestinya harus terus belajar, terus berkarya, melihat kemungkinan, dan mulai mengatakan biar saya yang melakukannya. Hari ini sudah banyak generasi yang berhenti belajar. Dan mulai meratap mengasihani diri, terus menjadi ikan yang menangisi mengapa burung bisa terbang. Sampai sampai ia lupa, kalau ternyata ia bisa berenang.
Dengan Dayung Ditangan, dan sampan sudah di air. Belum cukup bagi penghayal untuk bisa seberangi sungai. Tau kenapa ? Karena ia tetap menunggu untuk bisa terbang. Ilmuilah hidup, belajarlah, agar Anda jatuh dilubang yang berbeda. Jika tidak, maka Anda akan terus memaksakan paku tumpul, menimba air dengan keranjang. Jika anda sampai saat ini masih terus menyalahkan orang lain atas keburukan hidup yang sedang Anda derita, itulah tanda paling jelas bahwa Anda adalah Pemalas.
Seringan ringannya jarum tetap tenggelam, dan seberat beratnya kapal mana mungkin tidak mengapung. Apakah Anda tahu ? bahwa ada orang yang masalah hidupnya seberat kapal, namun ia tetap gagah berjalan, sempat menyapa dengan senyumnya, bahkan bercanda hingga membantu orang lain semampunya. Padahal dirinya pun sedang membutuhkan bantuan itu. Disisi lain sebaliknya, ada orang yang masalah hidupnya hanya seberat jarum. Tapi sayang, ia lebih memilih untuk hidup tenggelam.
Selamat mengambil hikmah dari barisan kalimat bertenaga, yang tertulis dalam lembar novel kisah nyata ini. Ditulis langsung oleh Tokoh Utama dalam cerita ini. Perjalanan dahsyat menjadi Motivator dari Kota Kecil Takengon - Aceh Tengah. Hingga berhasil menginspirasi Indonesia. I'm The Motivator.