I'm The Motivator

Azza Aprisaufa
Chapter #6

Di Laut Belum Kehabisan Ikan

Sungguh perubahan itu membutuhkan keberanian. Dan keberanian itu sendiri membutuhkan kesengajaan. Sejak dulu, Aku meyakini bahwa tidak ada satu kesuksesan atau keberhasilan yang tidak disengaja. Semua orang yang lebih dulu berhasil, itu karena ia menyengajakannya. Sadar atau tidak disadarinya, ternyata ia sedang menyengajakan dirinya berhasil.

Sungguh tidak ada pilihan pada saat itu. Disaat Aku memutuskan untuk balik pulang ke Kota asal Ku. Maka sejak itu Aku menyadari bahwa pilihan hanya satu, yakni Pembuktian. Karena memang pada saat itu, Ibu Ku juga menjadi sasaran keluarga. Mereka seperti menyahkan Ibu yang dinilai tidak cakap dalam menuntun Ku masuk Ke Universitas. Hingga mereka menganggap kelalaian Ibu adalah penyebab dari Aku tidak masuk kuliah di Universitas kala itu.

Jadi Aku yang kala itu berumur 19 tahun. Hanya berpikir untuk membalaskan dendam positif kepada mereka yang mengira anak sulung Ibu tidak akan bisa berjaya. Singkatnya, Aku pun memulai semua hal, dari yang terkecil dari yang Aku bisa. Aku sudah mulai terbiasa untuk tidak lagi meminta uang kepada Ibu. Aku hanya fokus dengan membangun dan merintis usaha Ku semampu Ku. Masih teringat kala itu, Aku menumpang nge print brosur disalah satu rumah saudara. Dia adalah kakak sepupu Ku.

Brosur yang Ku design sendiri menggunakan Ms. Word. Karena kala itu aku belum mahir di Corel atau photo shop. Print out itu pun lalu Ku antarkan ke Foto Copy untuk banyak digandakan. Lalu aku pun mulai keluar, berjalan, mengunjungi sekolah sekolah untuk promosi usaha bimbingan belajar Ku. Tentu, kala itu jangkauan promosi Ku sangat terbatas. Hanya untuk sekolah di sekitar kampung Ku saja. Sampai suatu hari, Alhamdulilah Aku pun memiliki 6 orang siswa yang masih SD dan kecil kecil. Itu juga kebanyakan anak anak dari tetangga. Ha haha..

Ya, Ikhlas Aku menjalaninya. Ada salah satu momen yang tidak bisa Aku lupa, hingga berapapun lama panjangnya masa. " Sedang tempat tersandung jatuh pun dikenang lama, apalagi tempat yang sengaja pernah diluka". Kala itu, dengan siswa berjumlah 6 orang, Aku pun mengajar di kelas yang itu adalah " Ruang Tamu rumah Ibu ". Saat sedang asik asiknya belajar, yang kebetulan saat itu Aku mengajarkan bahasa inggris dasar ke anak didik Ku.

Disaat yang bersamaan, ternyata ada saudara dari sepupu ibu Ku yang tengah berkumpul kumpul di depan rumah. Mereka menceritakan dan membahas banyak hal, karena semua diskusi mereka menembus ruang belajar kami kala itu.

Aku pun terus fokus mengajar,

" Adik adik, ikuti ucapan saya ya . . .

Lihat selengkapnya