I'm The Motivator

Azza Aprisaufa
Chapter #22

Masih Ada Nyawa Di Jalan KKA

Sibuk dengan kegiatan memotivasi orang orang. Ditambah dengan kegiatan bimbingan, pelatihan dan aplikasi yang berjalan. Telah tidak membuat Ku melupakan pendidikan yang juga tak kalah untuk diperjuangkan. Ilmui amalan, dan beramal dengan ilmu adalah 2 sisi kehidupan yang akan membuat hidup kita tepat berguna dan tidak akan menjadikan kita sia sia. Hingga akhirnya diri Ku pun memutuskan untuk melanjutkan studi ke tingkat magister S2.

Diantara keluarga pernah berpesan Kepada Ku, bahwa jika hendak melanjutkan studi S2 atau pendidikan akademik ketingkat magister perkuliahan. Haruslah linier " sejalan atau sejurusan dengan S1 ". Katanya, agar ilmunya singkron. Ilmunya gak lari kemana mana dan lebih nyambung. Mengingat latar belakang S1 Ku pun yang jurusan Teknik Informatika, maka mestinya S2 Ku pun juga yang berkaitan dengan IT dan ilmu komputer. Namun, takdir yang Ku pilihpun ternyata lain.

Aku justru seolah lompat jurusan dengan mengambil ke Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagi Ku linier atau sejalannya antara ilmu S1 dan S2 memang sangat penting. Tapi ini adalah cerita berbeda dalam kehidupan pribadi Ku. Aku yang selama ini banyak bergelut dan bergaul dengan orang orang, selalu dibenturkan dengan sharing, bertukar pikiran, berbagi pendapat dan memberikan konsultasi yang memberi solusi. Kesemua itu telah membuat Ku semakin tertarik untuk lebih mendalami dan menguasai ilmu kemanusiaan.

Tentu Aku sangat memiliki alasan yang cukup kuat untuk mengambil jurusan SDM atau Sumber Daya Manusia itu. Karena selama ini, yang Ku motivasi, dan Ku hadapi adalah manusia, orang orang yang bergerak, punya nyawa dan rasa. Bukan komputer dan sistem yang tidak punya gerak dan rasanya. 2 tahun lamanya, Aku melintasi perjalanan yang cukup jauh menuju tempat pendidikan magister "S2" dari kota Ku. Ku ambil perkuliahan kelas profesional atau kelasnya para pekerja, dengan perkuliahan yang hanya tersedia hari jum'at dan sabtu.

Selama 2 tahun, Ku tempuh perjalanan darat menggunakan mobil pribadi dengan rentang jarak kurang lebih 150 KM yang memakan waktu sekitar 3 jam. Universitas tempat Ku meneruskan studi magister adalah universitas yang sangat tidak asing bagi Ku, karena memang universitas ini adalah salah satu perguruan tinggi yang sangat sering mengundang Ku dalam kegiatan seminar motivasi yang mereka adakan. Tak hayal, banyak dosen dosen Ku yang juga dulunya mereka adalah peserta training motivasi dimana Aku adalah Pembicara utamanya.

Lagi lagi Tuhan " Allah SWT " masih belum kehabisan kuasa untuk terus menunjukkan ilmu dan pendidikan hidup yang berharga kepada Ku. Dipenghujung masa perkuliahan Ku, Aku pun mengalami tragedi kecelakaan yang paling berat seumur hidup Ku sampai masa hidup Ku saat ini. Pagi itu sekitar jam 5 setelah menunaikan sholat subuh, Aku pun beranjak dan pergi menuju kota lhokseumawe tempat dimana kampus Ku berada. Hari itu Aku tidak berangkat sendirian, Aku pergi dengan sahabat Ku yang juga kuliah dijurusan yang sama dengan Ku.

Sepanjang medan dan jalanan yang kami lalui memang bukanlah jalan yang ramai. Dilintas Aceh, terkenal dengan sebutan jalan KKA. Perjalanan melintasi jalan KKA ini memang sekitar 2 jam kita berada ditengah dan pedalaman hutan belantara. Sepi sunyi, tak ada warga dan hanya ditemani suara suara hewan yang tak tahu spesiesnya. Saut bersautan dari dalam rimbanya hutan yang belum terjamahi oleh tangan manusia. Kabut yang tebal menebal menyelimuti punggung punggung gunung dan pepohonan yang tinggi. Karena momen perjalanan waktu itu masih sangat pagi, jadi memang tak ada orang sama sekali, bahkan tak melintas kendaraan lain yang biasanya berpapasan dijalan.

Tepat ditengah rimbanya hutan KKA, didaerah hutan "buntul sara ine" kalau kata orang orang setempat. Mobil yang Ku kendarai hilang kendali dijalanan turunan curam penuh kerikil belum beraspal. Mobil sempat berputar beberapa kali dijalanan curam menurut itu sepanjang 30 meter, hingga terbalik dan jatuh ke sebuah jurang. Allah SWT memang Maha Menjaga, syukur Ku tak terhingga, karena Tuhan memilih Ku jatuh dijurang yang tidak terlalu dalam. Jurang itu memiliki kedalaman 4 - 5 meter, dan mobil yang terjatuhpun diselimuti semak belukar, rerumputan yang berakar, berbalut debut hingga mengotori seluruh badan mobil.

Lihat selengkapnya