“Dia sudah datang!" Abe mengucap penuh keyakinan.
Mendengar suara knalpot mobil Ramon, gerungan suaranya tidak asing ditelinganya. Kecintaan kepada otomotif Clasic dan musik yang hampir sama, membuat pria kaku dan tertutup ini bisa dekat dengan Ramon.
“Sotoy lo be!” Ewok menggerutu.
“Gue tau banget dari suara knalpotnya, Sport Remus Valvetronic!” Abe menelaah dengan mantap.
Bajay juga meraung-raung kali, tergantung gimana ngocok gasnya aja!” Ewok tegas menjelaskan.
”Masa gas di kocok?” Abe penuh keheranan, menoleh ke arah Ewok berdiri.
”Yaelah! Baru gas Be, lo mau gue kocokin?” Ewok mengucap cepat, seakan-akan tidak ada yang salah dengan kata-katanya.
”Sudah parah lo wok!” Abe menjawab dengan jengkelnya, berjingkat menjauh.
“Gimana? Jadi?” Ewok menatap berbinar-binar, terus berjalan membayang-bayangi Abe.
Abe menghelai nafas lesu, acuh berjalan menuju depan restoran, menuruni anak tangga yang melingkar lebar. Ewok menyusul di belakangnya, mengekor bagai bebek, membawa bunga berwarna putih bertangkai duri.
Tangga terbuat dari kayu, membentang luas, tepat di tengah, membelah dua sisi bagian ruangan. Situasi di lantai bawah, membuat Abe dan Ewok menjadi merasa asing, dengan tampilan kucel, berkeringat, tanpa alas kaki. Kedua wajah mereka hanya bisa celingukan ke suasana disekitar mereka.
“Tadi pagi gak begini ya Be?” Ewok tergemap, berbisik mendekatkan bibir ke teliinga Abe.
Wajah Abe hanya datar dan terus menuruni anak tangga, padahal keberadaan Ewok menggayuti dirinya.
“Rapi-rapi amat kaya Sales Apartemen Meikarta Be,” Ewok terus ragu-ragu melangkah, namun berusaha terus berdekatan diri dengan Abe.
Restoran dibawah masih bernuansa sangat berkelas dan mewah, meja makan tersusun rapi. Tersaji disalah satu meja, Not So Poor Man’ Pizza, posh pie, soorten Rijsttafel, dan suguhan gelas kaca Red Wine, di sampingnya terdapat botol wine berlabel Penfolds Grange Hermitage didalam ice bucket. Hmmm! Menyegarkan lidah, berdesir keseluruh wajah.
Abe dan Ewok menjadi pusat perhatian, kebersamaan para pasangan, dan keluarga di ruangan itu. Begitu juga nuansa romantis yang dibangun para pengunjung, apalagi disitu ada seorang perempuan ikut menoleh, disaat kekasihnya sedang bersujud melamarnya untuk menunggu jawaban.
Wajah Abe yang cuek dan datar sangat berguna disaat-saat seperti ini, cuek aja, jalan terus. Ewok menoleh ke wajah Abe dan berusaha mengontrol wajahnya semirip mungkin, walau malah terlihat cengo dan sawan tampangnya.
*****
Mereka sampai di depan pintu Restoran, menuruni tiga anak tangga, mendekat ke arah Ramon berjalan maju. Ramon melempar kunci mobilnya kearah Abe.
“Eitss! Kaya Valet ya Mon,” Abe menggerutu, sambil memoles-moles kunci mobil.
Abe menaksir bentuk kunci mobil yang ia tangkap barusan, tergugu sebentar. Bentuknya dia belum lupa.
”Gilaaa! Ini kunci Mustang lelangan waktu itu kan Mon?” Abe mengulik ingin tahu.
”Yupp!”Alis mata Ramon membenarkan.
Satu bulan yang lalu Ramon dan Abe pergi ke event pameran kendaraan klasik, Concours d’Elegance, berasal dari bahasa Perancis yang berarti kompetisi para elegan.
Pameran mobil klasik asal Perancis ini datang ke Indonesia, banyak mobil-mobil klasik langka dan bernilai tinggi di pamerkan. Selain pameran mobil klasik, terdapat juga acara lelang mobil klasik yang sangat di tunggu-tunggu oleh penggila mobil klasik di Indonesia.
Kalau acara lelang sudah dimulai, bos-bos besar dan para kolektor maniak mulai merapat ke stand pelelangan mobil. Suasananya jadi memanas dan serius, memburu mobil klasik incarannya. Ramon ikut bidding juga.
“Kok bisa sih?” Abe tersenyum dan antusias hari itu, “wowww....Mustang Boss 429!” Kontan Abe teriak meluapkan gelora minatnya, mendekati Mobil Ramon.
“Roaming dah gue! Montir dealer Jialing udah pada ngobrol!” celetuk Ewok merajuk. Wajahnya melengos ke segala arah.
“Yesss...it’s mine bro!” Ramon mengejutkan senyum kecil, merentangkan kedua tangannya.
“Knalpot Sport Remus Valvetronic!” Abe mengitari sampai bokong mobil.
“Right, garang bro!”
“Kok bisa Mon, lo kan kalah bidding sama, siapa tuh bapak-bapak dari Kalimantan? Itu loh bos batubara Borneo?” Abe mengerutkan kening, mengingat nama yang sering disebut-sebut ketika pameran berlangsung.
”Iya kolektor ngeri juga itu!”
”Gue liat muka kalian pas bidding udah mau pukul-pukulan, gengsi banget!” Abe menerangkan situasi saat itu, suasana panas memperebutkan Mobil Ford Mustang Boss 429, yang dipajang di hadapan para peserta lelang.
“Pokoknya itu mobil tiba-tiba dateng ke tongkrongan gue, bingung kan lo? Gue juga bro!”
”HA??? Aneh??” Wajah Abe bingung.
“Yang lebih aneh lagi, bos batu bara itu yang bawa ke Bengkel tongkrongan kita, baru banget gue pulang motoran sama anak-anak, belom sempet gue duduk, dia nongol.”
“Penasaran gue Mon!” Kepala Abe geleng-geleng.
“Elu sih gak ikut motoran, Intinya masalah jiwa muda bro, Pak siapa ya?” Ramon menyekat untuk berpikir.
”PAK JHONY!” Bersamaan Ramon dan Abe berhasil mengingat. Keduanya saling menunjuk.
“Dia bilang setelah gue bidding langsung setengah harga, gue keliatan ngarep banget, ya liat tongkrongan gue lebih cocok buat gue katanya, yaudah gue bayarin deh, pake harga bidding gue terakhir lagi...hehehe.....,”Ramon tersenyum lagi.
“Salut gw sama pak Jhony, mungkin dia ngebayangin dirinya pas masih seusia lo kayaknya Mon.”
”Nahhh! Gue rasa itu, lebih nyetel aja bro.”
Pak Jhony melihat cita rasa, kelas, gaya dan tongkrongan Ramon, mengingatkan pria berusia lima puluhan akhir itu ketika dirinya seusia Ramon. Gejolak ambisi jiwa muda bersama mobil idaman.
Gaya Ramon jelas otomotif totok, fashionnya gak pernah berubah dari jaman kuliah. Ramon bukan hanya pecinta mobil klasik, baru kejebur dua tahun belakangan ini. Awalnya dia adalah pecinta motor-motor klasik. Tongkrongan fashion Bikers itulah Ramon. Dengan jaket kulit dan sepatu boots dibawah celana chino hitam, Ramon membawa dirinya hari ini.
Di rumahnya juga terdapat dua motor kesayangannya, Royal Enfield Classic 500 dan Royal Enfield Himalayan. Motor yang pertama Abe juga punya, cuma beda warna saja, tahun mesinya sama 2014. Ramon warna hitam, sedangkan Abe warna Coklat. Mereka sering ke kampus bersamaan, hingga touring bareng. Sampai saat ini Abe masih menggunakan motor kesayanganya itu, dia apik menjaga performa motornya.