TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #19

Hilang #2

“Ketemu Be?” Agung hanya melihat Abe melengos melewati pintu. “Kenapa jadi begini?” mengucap lagi sendirian.

“Cari ke tempat-tempat perbelanjaan, oleh-oleh, warung-warung, kerajinan tangan, tapi emang ada disini?” suara dumelan itu berkeliaran dikepala Abe.

Tak lama berselang, Abe kembali muncul dari lubang pintu yang sama. Kepalanya dia tundukan, sesekali bertatap kosong.

“Abee. Abeee!”

Volome yang terakhir paling keras, langkahnya berjalan cepat, terus berjalan.

“Pagi-pagi sudah aneh-aneh semua ini!” Agung menyeka keringat didahinya, bertolak pinggang. 

Abe meluncur bagai kuda. Agung tidak terlihat sebagai halangan.

Abe berdiskusi dan bertanya-tanya dengan kegambangangan dalam dirinya.

“Ini semakin menggila, gue semakin gak bisa mencegah, semua syaraf-syaraf tubuh gue menjadi dingin, ada ruang kosong yang menggelitik hati gue, ada setruman yang berbunga-bunga, gue yakin Mia sedang tidak baik-baik, tapi gue malahan semangat untuk menolong dan mencarinya, rasa yang aneh. Pagi ini gue aneh sekali, gue ANEH BANGET!"

Sekarang muncul lagi perasaan yang sudah usang, perasaan bertahun-tahun masih terasa sampai sekarang. Abe merasakan lagi ketika datang kenyamanan di dalam diri. Abe selalu ingat seseorang di tempat lain, yang sampai saat ini masih membuatnya bertanya-tanya, ‘Gue ini pernah jatuh cinta apa nggak?’Abe tidak tahu, apa cuma dia yang merasakan hal ini.

Abe bisa mewakilkan sebuah tempat pada diri seseorang. Bisa itu negara, kota, desa, atau apapun itu. Kalau ketempat itu, seketika mengingat dalam orang tersebut, tidak lagi membayangkan siapa kepala negaranya, pemimpinya, publik figure asal tempat itu, atau hal-hal lainnya. langsung sosok orang tersebut tergambar jelas.

Abe datang ke sini, buat dia Bali adalah perempuan itu. Setiap membayangkan Bali, ada perempuan itu dengan segala hal terbaik yang pernah dia berikan kepada Abe. Setiap ke Bali ada rasa untuk bertemu dengan dia, setiap ke Bali teringat senyum terbaiknya, setiap ke Bali Abe merasa dia tidak jauh darii dirinya, dia hidup didalam ruang gelap yang selalu terlihat.

Dia benar-benar mewakili tempat ini, selalu tergambar sosoknya. Ini diluar kendali, suara hati Abe selalu mencari tahu. Hari ini, di tempat yang sama, Abe mulai mencari tahu perempuan lain. Walau Abe sedang segila ini, tapi sosok Mia tidak bisa menggantikan perempuan yang sampai saat ini tinggal Bali, menghabiskan hidupnya di Bali.

Setiap ke Bali, Abe masih merasa pulang dan mengenang, semoga dia selalu baik-baik saja. Abe tidak pernah tahu, dan bisa mengungkapkan cinta. Abe bisa jatuh cinta di tempat yang sama, tetapi yang tetap tinggal dan bertahan ditempat itu, selalu meninggalkan kesan terdalam. Tempat itu adalah kamu, kamu adalah tempat itu.

Abe mulai mengingat lagi sosok Syifa, gadis Bali yang dekat dengan dirinya. Dia masih meramu dan mencari tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Kalau selama ini, perilakunya mengingat Syifa adalah Bali, dan Bali adalah Syifa, hanya sekedar teman kuliah, nyatanya teman kuliah Abe bukan hanya Syifa.

Sekarang Abe sadar dia pernah jatuh cinta kepada seorang perempuan, sikapnya dahulu terlalu naif terhadap cinta.

“Cabut si Ramon?” Ewok berjalan doyong meremas-remas gelombang rambutnya, anggukan kepala Agung membenarkan. Ewok terlampau sering mengusap-usap wajahnya, dia masih terus mengingat-ingat lagi kejadian tadi malam. “Lagi merasa bener kayaknya itu anak,” melanjutkan lagi.

Agung tidak mengangguk, hanya melihat sepuntung rokok dibakar disela-sela jari Ewok.

Goldy berjalan menyusuri bibir kolam renang, melihat bayangan sendiri samar-samar ikut melintas. Goldy tidak melihat ada bayangan Ramon disana.

“Itu memarnya semakin jelas, biar saya kompres dulu,” nAgung menujukan lingkar ujung pipinya sendiri.

“Ahh. Selow aja ntar juga ilang. Jaman SMA gue pernah lebih parah, untung ada Ramon bantuin gue,” kepulan asap jauh berirama lembut meluncur kedepan muka. “Sekarang gue malah duel sama Ramon, hehehe.” Ewok meringis sendirian, mengangkat kedua kakinya ke atas meja.

“Gue tadi denger suara Abe, dimana dia?”

Lihat selengkapnya