TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #20

Duniawi

Terlalu banyak bengong dan menatap pikiran sendiri, tanpa disadari Abe ikut terbawa tepat didepan pintu masuk sebuah club. Matanya mulai diarahkan kesekitar, kerumunan orang disepanjang jalan mengarah kepada tempat yang sama.

Abe tidak bisa terkecoh, dia tahu kalau restoran Sushi di hadapannya ini hanya pemanis sebuah club didalamnya. Walau sajian Sushi itu terlihat mentah, tetapi pemiliknya sudah berpikir matang, untuk menyembunyikan kelezatan dibelakang ruangan.

Tempat ini tidak banyak yang tahu. Terkadang ada juga, didepannya harus melalui sebuah rumah makan ramen, warteg atau restoran padang. Ada petunjuk kelok-kelok menuju ke tempat rahasia.

Mereka langsung masuk dan menikmati lautan pesta didalamnya, tidak terlihat ada yang cidera drama. Ewok menggeliat hebat diantara wanita berambut pirang.

“Bang mau tambah lagi minumannya?” Edo berteriak mendekat, jempol Ewok masih ingin lagi.

Mereka bertiga larut dalam hentakan musik berisik, dan merangsang sekujur tubuh mereka untuk bergoyang, sedangkan Abe masih mencari dimana letak enaknya.

I want to make love right now...now...now, “I want to make love right now...now...now.”

Ewok bernyanyi paling keras, laksana Akon dikelilingi para wanita. Agung dan Edo hanya keras menimpal lirik.

Now...now...now...”

Ponsel Edo bergetar dan berbunyi, dia melihat nama Ramon dilayar utama.

“Aduh. Kakak gue nelpon lagi,” Edo menyipitkan matanya, memusatkan bayang-bayang layar dihadapannya.

“Selow. Sini!”

Ewok meraup Ponsel dari tangan Edo dan mengangkatnya, selanjutnya dia melanjutkan gerakan bahunya yang sempat tertunda. Sementara Ramon, mendengar suara musik bersuara sangat bising tanpa ada tanda-tanda percakapan, kecuali kata, “halo,” berulang kali dari dirinya sendiri.

“Siapa suruh Abang lo buru-buru nikah. Ganggu jomblo lagi reunian aja!” Ewok berkelakar lagi, lengkap sudah gerakan bahunya.

Mendengar jedag-jedug tidak karuan. Ramon sudah mengetahui mereka dimana dan sedang apa.

Keriangan hari terakhir di Bali benar-benar sudah sempurna bagi mereka. kebahagiaanya bisa ditabung untuk modal liburan selanjutnya. Waktu sudah menunjukkan jam empat pagi, kalau tidak di tarik paksa, Ewok dan Agung masih berdiri di depan speaker.

Ewok sudah mulai menyapa orang asing yang ditemuinya, tiba-tiba score Toefl naik 500.

skoluvie sicc, koredonesct, valinovic, severelectz.”

Edo sudah mulai asing dengan bahasa asing yang diucapkan Ewok, “Ngomong apaan sih lo, bang?”

“Norak lo! Bahasa Rusia halus itu!” Ewok menyentak ketidaktahuan Edo.

Ewok mulai melantur, bertanya-tanya posisi parkir Combi kepada semua orang, dan mulai mengingat nama-nama wanita berambut pirang didalam.

Where is my Combi Carolina? Where is my Combi Selenagovic? Where is my Combi Carina?” Ewok sempoyongan melawan gerah dan mual di sekujur tubuhnya.

"Ntah mamak siapa lagi? Carolina, Selenagovis dan Carina?" Edo mencoba terus merangkul Ewok, mulutnya terus cuap-cuap, menyebut nama-nama lainya.

"Aika, Asami, Azumi! Hiteeee....kimochi!" Edo mendengar nama-nama perempuan Jepang sudah keluar dari mulut Ewok.

"Hati-hati Do! Sebentar lagi....." Agung berbicara dengan nada mendekap lebih kuat, padahal dia juga sudah doyong.

"Kame...ka..me..haa!", Ewok berteriak lantang, seakan ingin memuntahkan sesuatu.

"Itukan betul. Keluar Kamekameha." Agung berjaga-jaga Ewok muntah, mulutnya sudah megap-megap.

“Hueeeekkkk...!”

Ewok mengeluarkan sinar kamekameha dari mulutnya.

*****

Waktu sudah pagi, wajah mereka tersengat sinar matahari. Mereka terbangun satu per satu, dan melihat jam ditangan mereka menunjukkan pukul sembilan Pagi. Mereka berempat hanya bisa saling berpandangan, karena pada jam segitu, pesawat mereka sudah berada diudara. Mereka sudah malas, dan lelah untuk saling menyalahkan, apalagi berteriak dan melambaikan tangan ketika pesawat mereka melintas.

Combi lebih malas lagi, sejak semalam dia masih terdiam di parkiran Club.

“Wah. Kacau ini. Lewat sudah pesawatnya.” Penyesalan Agung menguap, sambil kedua tangannya membungkus kepala.

“Gue sih emang jam tujuh malem, mau ngurusin karantina Goldy dulu. Duh. Goldy apa kabar ini sendirian disana.” Edo menyiarkan kabar baik untuk dirinya sendiri.

“Wah. Sialan lau. Ternyata pesawat malem. Gue titip Abe deh diKarantina bareng Goldy, biar ada temen ngobrol di kandang,” Ewok mulai nyerocos, menghibur diri.

"Mendingan mabok lo, berisik!” Abe menyorot tajam, suaranya masih berat dan serak.

“Kita balik penginapan dulu kalau begitu. Bisa lanjut istirahat, lihat Goldy. Penerbangan biar nanti saya urus, sama-sama dengan Edo saja malam-malam, bagaimana? Setuju?” Agung menunggu tanggapan teman-temanya, “yasudah, kalau semua tidur artinya setuju!” Agung mengelah nafas panjang, “saya pikir mereka berpikir” Agung mendumel sendirian.

Ewok memusatkan matanya. Sampai di parkiran penginapan. “Kayaknya kita penerbangan malem aja bareng Edo, capek gue mau istirahat.”

“Gue setuju!” Edo dan Abe bergantian menyaut.

Lihat selengkapnya