Tiga manusia manusia dan satu binatang berada di dalam mobil. Serius menggambar rute perjalanan. Ketiganya sudah mulai saling menerka, untuk mulai pergi kearah yang benar dan paling cepat.
“Pake Google Translate aja. Bingung-bingung amat!” Ewok mencetuskan ide.
“Google Map, kelesss!” Edo membantu meloruskan jokes Ewok.
“Serius amat lo, Be. Kaya muka Goldy nyari jalan!” Ewok berseloroh lagi.
Abe tidak mau pusing, menyetel googe maps, untungnya tidak ada garis merah membentang di jalurnya. Jakarta Sabtu siang terlihat lengah, tidak sampai tiga dua puluh menit, telah sampailah mereka kepada sebuah perumahan dibilangan Jakarta Selatan.
*****
Gerbang masuknya sudah sesuai, tinggal rumahnya saja yang belum juga terlihat jelas juntrunganya.
Di jumpainya sebuah gerbang utama bergaya Jepang, dengan ornamen balok kayu berdiri tegak dikedua sisinya. Atapnya berbentuk anyaman megah kotak-kotak kayu, disisi taman banyak bongkahan batu besar, dan tanaman bambu hias khas negeri Sakura. Luas atapnya hampir lima belas meter, membagi dua jalur keluar masuk kendaraan.
Melintas mendekat tiang portal. Berdiri sesosok pria gagah sedang menarik ujung celananya, yang tersangkut kaos kakinya sendiri. Dari caranya berdiri, besi portal itu sudah menjadi kekuasaan penuh miliknya, untuk dia buka-tutup. Macam jalur puncak.
Satpam itu berbadan tegap, lengannya dibalot ketat seragamnya, didadanya terbodir tulisan Junet.
“Siang pak!” Edo menyapa lebih dulu.
“Boleh saya tahu, saudara mau mencari rumah siapa?” Tata bahasa paling lengkap dan sopan, dipikirnya itu menambah kewibawaan sebagai seorang seksi keamanan.
“Ramon Pak. Kakak saya tinggal disini.”
Wajah Junet diangkat setengah. Mengingat nama Ramon sebagai penghuni, dia merasa belum pernah mendengarnya, apalagi mecoba mengingat wajahnya seperti apa.
“Kalau boleh saya tau, rumahnya di sebelah mana pos satpam saya?” Junet mulai mengulik petunjuk.
“Pak RT disini. Masa gak tau pak, baru ya?” Ewok memberikan petunjuk ngawur, seketika posisi tubuh Junet ditegakan sempurna.
“Maaf pak saya memang baru, kalau begitu saya periksa dulu ya!” perintah tegas Junet. Meluncur sigap mengitari Mobil Jeep Wrangler Sahara Edo.
“Kaya mau masuk gereja pas malam natal aja pak.” Abe celetuk cepat. Tubuh Junet terlihat kecil disamping mobil Edo.
“Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kita semua,” lantang meyakinkan, itu kata-kata template perintah komandannya.
Junet mengitari mobil Edo, berjalan dari belakang, ke depan, dengan kesigapan dan ketelitiannya. Pentungannya masih tersangkut dipinggangnya. Dia membuka bagasi, isinya penuh dengan kardus menumpuk berwarna coklat. Sampai di pintu belakang, dia terkejut dan melompat, ketika melihat Goldy sedang duduk manis dibangku belakang. Melihat kejadian itu, tongkrongan Junet sudah tidak ada sangar-sangarnya lagi.
Junet lantas buru-buru membuka portal, dan berjalan cepat ke dalam Pos Satpam. Seisi mobil tertawa dengan puasnya, melihat wajah sok sangar Junet kaget tidak karuan.
“Wah. Kacau lau Bang. Kak Ramon bisa bingung kalo dia tau udah jadi pak RT disini,” Edo menepuk bahu Ewok disebelahnya
"Males banget gue liat itu gaya satpam, liat anjing aja kabur, gimana kalo ada maling bawa anjing ya, lolos udah”, Ewok berkeluh sendirian.
“Kenapa muka lo tong? Sawan begitu?” tanya heran Komandan Satpam.
“Ada anjing duduk di mobil, kaget gue,” Junet mengelus-ngelus dada. Wajah sawo matangnya sebagian memudar pucat.
“Liat anjing duduk aje kaget lo. Gimane anjing terbang lo tong!” Komandan itu mengejek, dulunya jawara di daerah sini.
“Sialan itu komplotannya Pak RT, ngerjain gue!"
“RT dari mane lo tong! Perumahan baru, penghuni belom sampe sepuluh keluarga. Mana ade segala milih-milih RT,” Komandan menyabet Junet dengan topi birunya.
“Sial! Gue diboongin itu bocah!” Menegakan lagi posisi berdirinya, menepuk-nepuk pentungan.
”Udah kaga paham lagi dah gue,” melengos pergi meninggalkan anak buahnya, berkeliling dengan sepeda ontel.
Mendengar kenyataan itu, Junet mencoba mengejar dengan sepeda ontel patrolinya.
*****
Junet mendapati mobil tersebut sedang berhenti, didepan sebuah rumah bergaya Jepang modern. Semua atapnya berbentuk pyramid dengan perpaduan kayu, batuan dan tembok berwarna putih.