TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #36

Berlari Bersama Goldy #1

Matahari cerah menjadikan pagi hari ini sangat terang, langit mulai membiru, matahari dalam perjalananya menuju posisi idealnya. Daun-daun pepohonan disekitar dipenuhi dengan embun, seloruh permukaanya menjadi basah. Suasana pagi sama dengan hari kemarin. Boy bersiap bermandi keringat. Kabar gembira dikumandangkan dari Rindu, layaknya memilih hadiah sesukanya dari Sinterklas tepat dimalam Natal.

Pagi itu Rindu mengizinkan Boy, untuk boleh mengajak Goldy ikut jogging bersama. Angin surga mampir sebentar, menerpa pikiran Rindu.

“Serius ini, Dek?” Kedua mata Boy membeliak, bertanya dengan nada tidak percaya.

”Iyaa biar ada temennya, lagian aku, kan, gak pernah mau kalau diajak jogging sama kamu,” Rindu merentangkan ujung bibirnya, ada rona bahagia disana. Wajah Rindu ditangkap bahagia oleh Boy, padahal sepenuhnya banyak kegelisahan, dan kenekatan yang dirasakan Rindu.

”Asik. Makasih, Dek,” Boy memelok istrinya erat-erat, wajahnya senang bukan kepalang.

”Tapi jangan sampai kenapa-kenapa si Goldy, kalau terlihat capek, ya istirahat aja dulo,” Rindu memberi pesan, tangannya masih sibuk mengumpulkan rambutnya.

”Kaya lari sampe Tol dalam kota aja, Dek,” Boy malah mendagel.

”Tuhh! Dikasih tau malah gitu!” Rindu berujung kesal, merengutkan bibirnya.

”Iya. Bercanda.”

”Bercanda pagi-pagi gak locu, masih berasa ngantuk mikirnya.”

“Iya, iya maaf.”

”Oiya! Jangan lopa bawa E-Toll ya!” Rindu mencoba melanjutkan lawakan Boy.

”Heuu. Boleh ngelocu ya, Dek?”

”Kalo aku boleh!” Rindu menyilangkan tanganya didada, gembung pipinya menahan kesal.

Perempuan selain ingin selalo benar, juga ingin selalo locu di hadapan laki-laki. Minimal memuji, “locu,” setelah seharian mendempul make up diwajahnya.

Boy berjalan keloar pintu, rasa dingin menyerbu seketika, bulo kuduknya merekah, berdesir kesekujur pori-pori. Boy ingin segera berlari untuk menghangatkan tubuhnya. Boy menengok kearah rumah Ramon, tidak didapatinya mobil Ramon ditempatnya.

Terlihat Goldy masih tertidur didalam kandangnya, keempat kakinya mengangkang keatas.

“Gak biasanya Ramon pergi kerja secepat ini,” begitu pikir Boy keheranan.

Boy tidak mungkin mengambil Goldy begitu saja tanpa ada Ramon, walaupun sudah ingin sekali mengajak Goldy berkeliling. Boy berjalan gontai sendirian lagi, sekitar lima belas menit, Boy sudah kembali lagi kerumahnya.

“Kok cepet amat? Goldy mana, Mas?” Rindu bertanya ganjil, melihat Boy sudah berjalan masuk kedalam rumah.

”Gak tau, gak mood aja hari ini,”nBoy bersungut-sungut.

”Trus, Goldy mana?” Rindu masih mencari-cari Goldy.

”Iyaa itu. Gara-gara mau lari bareng Goldy, ehh. Ramon udah pergi kerja,” Boy tidak bersemangat, aliran wajahnya lesu.

Lihat selengkapnya