TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #38

Mengejar Goldy

Rindu mengecek jadwal jaga diponselnya, terlihat tabel-tabel tanggal di setiap minggu kempat. Bulan depan dia sudah kembali mendapat jatah jaga malam. Jam kerja Rindu terdapat dua jenis, jaga pagi dan malam. Untuk jaga pagi dimulai pukul sembilan sampai empat sore, sedangkan jaga malam dimulai pukul empat sore sampai delapan pagi.

Satu tahun yang lalo, Rindu masih terkena jaga dua puloh empat jam, dari jam delapan pagi, sampai jam delapan pagi esok hari.

Keloar dari pintu lift. Rindu menempelkan ponsel ditelinganya, yang dari tadi dia usap-usap layarnya. Ponselnya tidak ada suara, tidak ada tanggapan.

*Tuing, muncul notifikasi di layar ponsel Boy. Ada nama WIFE.

“Mas aku bru bres opran jaga.”

“Mau ke mall dkt kntor.”

“Ke toko olhraga.”

*****

Jarak ke Mall kurang lebih satu kilometer. Rindu memilih berjalan di pinggir trotoar, daripada terlampau lama, kesusahan mencari lahan parkir. Rindu memasuki toko olahraga, hawanya dingin, keringatnya diperjalanannya sudah mengering.

Dia berjalan melihat-lihat berbagai perlengkapan olahraga, diambilnya selembar Yoga Mat berwarna merah jambu. Sepasang sepatu olahraga dia kait dengan jarinya, awalnya maju mundur niatnya untuk mencobanya. Tangan Rindu menenteng kertas belanjaan, berjalan keloar menuju jalor pejalan kaki. Kemacetan Jakarta persis didekatnya, beberapa motor berjalan di trotoar.

*****

“Pagi jalan belakangan, sampai rumah duloan,” mata Rindu menyasar rumah tetangganya.

Sudah tiga hari berturut-turut selalo begitu, biasanya Ramon pergi lebih pagi dan pulang lebih lama. Goldy tidur menopang kepalanya yang besar dengan kaki depannya. Goldy melamun melihat ke arah jalan, daritadi kucing coklat belom melintas. Goldy sudah hapal warna-warna kucing yang melintas.

Wajah samar-samar Rindu terlihat dibalik kaca. Mata Goldy berkedip-kedip membangunkan tubuhnya, arah bulo matanya terus mengikuti mobil Rindu sampai berhenti. Goldy masih berdiri mencari-cari, sampai bunyi pintu tertutup dari rumah sebelah berbunyi. Satu ingatan kuat di kepala Goldy, wanita dengan kuncir kuda terlihat samar-samar dibalik bilik jendela.

“Besok ada jadwal jaga malam, gue harus mulai olahraga lagi. Jangan males Rindu! JANGAN MALES!” Rindu menyemangati dirinya sendiri, diketiaknya sudah terselip matras yoga merah jambu.

Di pelataran taman belakang rumah. Rindu menempel diatas matras Yoga merah jambu, memulai dengan gerakan-gerakan dasar Yoga, seperti Sukhasana, Tree Pose dan Child’s Pose. Ketika di Bali Rindu termasuk rutin mengikuti kelas Yoga, hingga sampai akhirnya dia berhasil mendalami Hatha Yoga, dan menyelesaikan Yoga Teacher Training, yang terakreditasi oleh International Yoga Alliance selama dua ratus jam.

Keringat mulai bercucuran, berjalan diujung bulu matanya. Sudah lama tidak melantai lagi, gerakannya sedikit kaku, terlihat dari ekpresi Rindu yang meringis, sambil mengangkat runcing hidung mancungnya. Ponselnya berbunyi, ada ajakan Video Call dari orang di sebrang laut. Disandarkan ponselnya di atas meja, wajah Boy mengarah ke matras Yoga.

Boy masih mengerutkan dahinya, mendekatakan lagi wajahnya. Di balik layar ponsel Rindu, wajahnya semakin penuh dan terlihat besar. Boy memastikan dengan seksama, kalau istrinya benar-benar sudah memulai lagi melakukan gerakan Yoga. Terakhir kali Boy melihatnya, ketika masih awal berpacaran di Studio tempat Rindu mengajar Yoga.

“Hidup sehat, nih,” Boy cengar-cengir menggoda Rindu, yang masih duduk bersila di atas matras.

”Iya Mas. Tapi masih kaku banget,” Rindu mengatup gigi, sambil merentangkan kedua bahunya, dan melemaskan telapak tangannya.

Sorry tadi masih di kapal, sinyal lagi parah, Dek. Aku masih ada kerjaan di kantor, kalau kekejar penerbangan terakhir, tapi kalau gak keburu, paling besok penerbangan paling pagi,” Boy menjelaskan sambil berjalan kaki, gambar wajahnya terus bergerak tidak stabil.

“Gak usah buru-buru, Mas. Siang aja baru pulang, besok aku jaga malam kok,” Rindu memberi masukan.

“Pagi ajalah. Semoga masih sempet ajak olahraga Goldy, hehehe,” Boy sumringah di balik layar.

“Oh. Gitu.” Rindu menanggapi datar.

“Yaudah. Aku telpon lagi nanti ya, Dek,” Boy bergegas mematikan ponselnya, menyiapkan laporan secepatnya.

Rindu hanya perlu mengatur nafasnya lebih teratur lagi, Boy mulai kecanduan dengan Goldy.

Lihat selengkapnya