TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #40

Head and Shoulders

Malam yang panjang. Rindu menghabiskan setengah harinya dirumah sakit, telat makan dan baru tidur dua jam. Minggu pagi, hari penuh berkat, Happy Sunday, God Bless You All.

Malam minggu dilewati di Rumah sakit, mendengar keluarga pasien Asuransi yang marah-marah karena lambat mengurus administrasi. Amukannya terus membahas premi asuransi yang sudah dibayarkan pasien setiap bulannya. Ada untung dan rugi disumpah serapahnya. Disisi lain Rindu juga menyaksikan antrian, serta perdebatan orang miskin yang lemas tak berdaya membawa kartu BPJS ditangannya. Pembelaan orang miskin itu hanya sebatas belas kasihan.

Pukul sembilan pagi, Rindu mengetuk rumahnya sendiri. Boy membuka pintu dengan ancang-ancang mau segera keluar rumah. Terlihat dari pakaian dan kaos kaki yang sudah dia kenakan.

“Aku mau olahraga, Dek. Bareng Goldy. Mau ikut?” Boy sumringah mengajak Rindu.

“Duh! Capek abis jaga malem, Mas. Kurang tidur.” Rindu menepis ajakan itu, mengusap-usap anak rambutnya yang berantakan.

Tidak sampai satu menit, Rindu merubah jalan pikiranya, meralat keputusanya.

“Aku ikut deh, Mas. Hehehe...”Rindu menyengir memunculkan dua gigi depannya.

Seperti biasanya, Boy mengetuk pintu rumah Ramon, dan mengeluarkan Goldy, ekornya sudah berayun-ayun cepat. Goldy sudah mulai menghafal rutinitas ini. Rindu menunggu didibalik pintu rumahnya, mengamati dibalik kaca jedela. Setelah Boy membawa lari Goldy, Rindu menyusul dibelakangnya.

Melihat Rindu datang, keberadaan sosok Boy yang tinggi dan tegap itu, tidak lagi terlihat dimata Goldy. Seperti perilaku terdahulu, Goldy melompat-lompat ke arah tubuh Rindu, menjilati ruas-ruas jarinya. Rindu memeluk Goldy, menempel disekujur bulunya. Rindu tersadar bahwa kilau bulu Goldy sudah lain baunya, mengendus-ngendus merasakan sensasinya.

“Wanginya gue kenal ini. Bau-bau shampo head and shoulders, dehhh.” Rindu menerka-nerka didalam indra penciumannya, semakin lama semakin yakin. ”Rasa mentol ini!” Rindu terus merasa-rasa didalam rongga hidungnya. Kembang kempis alat penghirupnya.

Mencium bau semriwing mentol, Rindu menjadi kesal. Ramon tidak becus memelihara Goldy, sampai shampo saja menggunakan shampo manusia. Walaupun bulu Goldy terasa bebih halus, tetapi tidak baik untuk kesehatan bulu, dan dapat menyebabkan kerontokan. Hawa panas pada kulitnya, kalau terlampau sering bisa terjadi iritasi kemerahan.

“Udah capek kerja, liat Goldy biar seger lagi, malah bikin gue kesel. Awas lo ya Ramon!” Rindu menggerutu dalam-dalam.

Emosi membuat tenaga Rindu terkuras, kecepatanya mulai melambat.

Boy sudah bisa mengendalikan cara berjalan dengan Goldy, teori dan caranya sudah ditunjukan Rindu barusan. Lama kelamaan Rindu semakin pelan dan berjalan. Melihat Rindu jauh berjalan dibelakang, Goldy tidak mau melanjutkan bergerak. Boy berusaha untuk menarik Goldy, dia tetap tidak mau berjalan, di tarik kembali dan menahan untuk berjalan, begitu seterusnya.

Kaki Goldy kuat menyeret serpihan batu di jalanan. Goldy menunggu Rindu mendekat kepada dirinya. Setelah Rindu berada persis disebelah Goldy, barulah dia mau bergerak lagi, itupun hanya berjalan pelan-pelan saja.

Lihat selengkapnya