Sinar lampu mobil Ramon, menyorot wanita berkuncir dibalik jendela. Kresek putih menempel dipenampang kaca. Rindu menggencet kresek sampai lecek, ekor Goldy terkulai digendongan Ramon.
*****
“Hati-hati selang infusnya ketindihan,” Gadis mengingatkan Ramon, yang sedang meletakan Goldy dilantai. Tempat tidur Goldy beralaskan kain, dan kardus bekas kulkas.
“Hey, Boy. How are you?” Ramon mengelus moncong Goldy, suara nafasnya terdengar sulit keluar, patah-patah mengeluarkan suara angin.
Gerakan perutnya terburu-buru memompa nafas, kembang kempis mendorong udara kekerongkongan.
“Bentar yang, mau ambil suntikan dulu,” Ramon menuju garasi rumahnya, daritadi Rindu sudah berdiri disebrang taman.
*****
“Jangan lupa! Jarumnya jangan lupa dilepas. JANGAN LUPA!” Ramon menjemput kresek putih.
“Thank you!” kejut kedua alisnya bertabrakan dengan poni ikalnya.
Ramon buru-buru kembali, sampai-sampai sendalnya dicampakan asal-asalan didepan keset rumahnya.
“Ini bubur bayinya udah kubuat,” Gadis mengaduk-ngaduk, isi setengah didalam mangkuk. Keluar wangi gandum dan pandan.
“Aaaakkk! Good Boy,” mulut Ramon refleks menganga mencekoki, mengangkat rahang Goldy. Menyemprotkan bubur bayi.
“Pelan-pelan, yang!” Gadis melihat pompa perut Goldy menolak makanan, mualnya menular sampai lambung Gadis, ikut-ikutan menarik nafas.
Wangi pandan keluar lagi dari mulut Goldy, bersamaan dengan gas dari lambungnya. Susah payah Goldy menelan makanan, lidahnya berusaha mendorong keluar lagi sebagian. Gadis mengelap bubur bayi yang terdorong keluar, menetes dikulit mulut Goldy. Suntikan satunya sudah siap menyemprot cairan oralit.
Mata Goldy berkaca-kaca, memandang lemas ke arah Ramon dan Gadis. Terpancar rasa mual dan lemas dari sorotnya. Ekornya masih tergeletak, melengkung dialas kain. Ramon terus berharap ada gerakan, walau hanya berkedut-kedut.
*****
Bangun tidur langsung menuju Goldy. Setiap turun tangga, Ramon membayangkan Goldy sudah berdiri, dan menggerakan ekornya yang sedang lemas terbujur kaku. Ramon benar-benar hanya membayangkan. Keyakinannya runtuh bersamaan dengan tubuh Goldy. Ekornya masih di tempat yang sama, melingkar tulang punggungnya lemas tak berdaya.
Goldy melihat Ramon datang, usapannya memenangkan sesak Goldy yang bereaksi. Kalau sehat mungkin dia ingin merengek atau menggonggong. Sekarang sedang Goldy paksa, walau tidak bisa. Usaha Goldy hanya suara nafas yang didorong paksa oleh perutnya. Tubuhnya masih hangat, kulit Ramon sengaja menyentuh, meringkel keempat kakinya.
“Gue tutupin kain!” Ide Ramon membayangkan dirinya sedang meriang, selalu butuh selimut sampai keujung-ujung kaki dan leher.
Kain ditubuh Goldy sesekali bergerak, mengikuti pompa perut Goldy, melancarkan nafasnya yang sesak.
“Aaaaakk! Good Boy!” Ramon menganga mencotohkan, mencekoki banyak-banyak bubur bayi, sampai benar-benar Goldy merasa sangat mual memuntahkan lagi.
*Tuing, muncul notifikasi diponsel Rindu. Ada nama Ramon.
“Gue bres ksih mkn bubur bayi, madu, tlor sm oralit”
“Antibiotik jg.”
Rindu membaca pesan Ramon, terlampir juga foto Goldy dipesan paling bawah.
“Astaga Goldy kurus banget.” Rindu menopang pipi, melepas ponselnya di kasur. Duduk membayangkan penderitaan Goldy dipinggir tempat tidur.
Rindu memandangi dinding rumahnya. Dia berusaha memekarkan matanya, agar bisa melihat wajah Goldy disebelah rumah.
*Mengetik, muncul di layar ponsel Ramon.
“Mknan pksa trus.”
“Cek infus jng smpe ksong.”
“Gejalanya gmn? kakinya ad kejang2 gk?”
*Mengetik, muncul di layar ponsel Rindu.
“Gk ada, belek sama ingus masih kluar trus.”
“Ingusnya wrna ijo.”
*Mengetik, muncul dilayar ponsel Ramon.
“Goldy... (emoticon nangis).”
*Mengetik, muncul di layar ponsel Rindu.
“Ini gue pksa mkn lagi, plng kntor gue cekokin trus.”
“Smoga bsok membaik.”
*Mengetik, muncul dilayar ponsel Ramon.
Rindu mencari lagi daftar emoticon.
“Goldy...(emoticon nangis).”
”Kbr2in ya Mon”
Rindu melihat emoticon jempol dari Ramon.
*****
“Oiyy, bro?” Ramon menyapa telepon masuk.
“Be bentar ya, gue mau masuk lift.”
Pintu terbuka dilantai sebelas. Ramon menelpon balik, terus berjalan menuju ruangan kantornya. Earphonenya menyala mendengar nada dering.
“Kenapa bro?”
“Goldy sakit, Mon? Gue dikabarin Ewok.