TETANGGA

Michael Kanta Germansa
Chapter #58

Menjemput #2

“Yang! Yang!”

Ramon berteriak memanggil Gadis yang belum turun kebawah, diulang-ulang tetap saja belum terlihat batang hidungnya.

Ramon menghampiri keatas, cepat kakinya menapaki anak tangga. Ramon melihat Gadis sedang duduk dibibir kasur, mengarah kepada cermin meja rias.

“Are you okay?”

Ramon memegang pundak Gadis, yang masih terus melihat dirinya sendiri, “Kita ke rumah sakit, ya!” Ramon mengingatkan jadwal cuci darah pagi ini.

“Aku udah telpon dokter, katanya aku perlu istirahat dulu. Dampak cuci darah minggu lalu buat tekanan darahku jadi rendah, mual-mual, aku udah ngerasa kulitku gatal,” Gadis menunjukkan lengannya kemerahan bekas dia garuk-garuk.

“Bener dokter bilang begitu?” Ramon memastikan, Gadis mengangguk membenarkan.

“Aku istirahat dulu. Udah bilang Sandra juga.”

“Kalau gitu aku gak usah kerja.”

“Jangan yang! Aku gak apa-apa. Cuma pasca cuci darah.”

Gadis mengejutkan senyum sebentar dan merebahkan tubuhnya.

“Yaudah kalau ada apa-apa hubungi aku, ya.”

Ramon mengecup dahi istrinya, berpamitan pergi. Ramon ragu-ragu meneruskan langkahnya, tidak tenang dan berat melangkah meninggalkan rumah. Ramon berbalik ke kamar untuk mengurangi ketakutannya

“Aku usahakan pulang cepet, ya.” Gadis merentangkan ujung bibirnya, begitu juga Ramon.

Terasa aneh dan ada yang hilang, ketika pergi kerja hanya sendirian didalam mobil. Ramon kehilangan teman bercengkrama sepanjang jalan, ketika sedang melewati kesesakan volumen kendaraan. Penyiar Radio berusaha keras menggantikan peran Gadis. Ramon masih merasa ada yang kurang. Penyiar itu tidak bisa mengait sela-sela jemarinya, dan menyuapi roti sobek dikala Ramon tidak sempat sarapan.

*****

Ramon terlihat sibuk di ruangan meeting, mempresentasikan dengan lugas sebuah maket di meja kaca. Semua rekannya memperhatikan dengan seksama. Ramon sudah kembali ke dalam ritme perkerjaanya.

“Gue balik duluan ya, bro. Gadis lagi gak enak badan soalnya. Sendirian dirumah.”

Ramon berpamitan, setelah semua rekannya tidak mengajukan pertanyaan sama sekali. Ramon berpikir sejenak di ruang kemudi, mengusap-usap poni ikalnya.

“Ngopi di lobby rumah sakit.” pikiran Ramon bersikeras menuju kesana.

Ramon berbelok sebentar ke rumah sakit Petra. Sesuai perkiraan, tiba pukul tiga sore.

Ramon ingin merasakan sensasi yang dia pikirkan dahulu, ketika masih berpacaran dengan Rindu. Di bawah atap kanopi Combi. Saat itu mereka sedang di pinggir danau Batur, Kintamani. Menghabiskan liburan semester pendek.

“Nanti gue jemput lo pas udah kerja.”

“Kapan?” Rindu bertanya. Sedang meniup-niup mie instant yang mengepul.

“RAHASIA! Gue mau lihat lo pulang kerja,” Ramon menyesap kopi panasnya, yang baru selesai dia masak, dipanci diatas kayu bakar.

*****

Saat ini juga Ramon sedang meniup kopi panas. Sorot matanya menghadap ke keramaian pintu lift, menunggu Rindu pulang kerja. Ramon benar-benar melakukan, apa yang dia pernah bayangkan bersama Rindu dahulu.

Menjadi orang pertama, yang melihat Rindu berganti baju kerja setelah mandi, hingga menunggunya pulang, menggunakan baju kerja terbaiknya itu.

Ramon menunggu Rindu pulang kerja, diantara puluhan orang disekitarnya. Dari semuanya terlihat wajah Rindu yang berhasil dia temukan, walau hanya senyum Ramon yang mencari-cari.

Hari ini pukul empat sore kurang lima belas menit. Ramon melihat Rindu berambut kuncir kuda berjalan di keramaian, menjemput sehabis kerja. Ramon merasakan itu, walau tidak sempurna, tapi dia sungguh bahagia.

*****

Sudah sepuluh kali Goldy bolak-balik kerumah sebelah. Gadis menghitung itu di balik jendela. Gadis selalu berkunjung kerumah sebelah yang belum ada penghuninya. Goldy sangat cerdik dan pintar, apa yang dia lakukan berlandaskan kelebihan kemampuannya. Gadis menilai itu semua. Goldy tidak melakukan hal-hal yang berasal dari nalurinya saja, melainkan dari ungkapan hatinya juga.

“Apa yang sedang dicari Goldy?”

Gadis menunggu Rindu pulang, walau dia sadar bukan hanya dirinya yang menunggunya untuk datang. Goldy menyenderkan kepalanya di alas kandang, mengintai setiap orang dan kendaraan yang melintas di depan rumah Ramon.

Lihat selengkapnya