Tetangga Keempat

Yunita R Saragi
Chapter #4

Akal Lurus atau Akal Bulus?

Kesiangan.

Sari adalah pahlawanku jika kesiangan begini.

“Bang, sarapannya aku tarok boks ini, ya. Dimakan di kantor aja!” katanya sambil mengangkat kotak bekal saat aku keluar dari kamar.

Sambil berdiri, aku menyambar gelas kopi dan menyeruput sedikit. Kuambil kotak bekal dari tangan Sari sembari menciumnya. Dia masih berbau alami dirinya. Belum mandi karena lebih mengutamakan keperluanku dulu.

"Kopinya mau dibawa juga, Bang?"

"Nggak usah, Dek. Untukmu aja. Di kantor, kan, ada kopi."

"Oke, oke!"

"Berangkat, ya.”

“Ya, Bang. Hati-hati.”

Sari tak mengantarku ke pintu. Dia langsung melanjutkan aktivitasnya. Dia editor sebuah penerbit. Ada banyak naskah menanti untuk dikerjakan dan dikirim hari ini. Siapa suruh tadi malam malah ngajak nonton mid night show?

Sepatu kesayangan yang tadi malam kupakai, ternyata alasnya terlalu kotor. Bertanah-tanah. Tak sempat lagi membersihkan. Dengan terpaksa aku beralih pada sepatu biru tanpa tali di dalam kotak. Sepatu biru kukeluarkan, sepatu jorok kumasukkan. Bisa ngamuk kalau Sari tahu keadaan mengenaskan sepatu boots hadiah darinya ini. Kubawa sepatu kotor dalam kotak itu ke garasi dan kuletakkan di rak paling bawah. Tempat ini tak mungkin terjamah Sari.

Berangkat, aku keluar dari pintu garasi. Kusingkirkan daun Kemboja kering yang jatuh di atas atap mobil. Tadi malam mobil kubiarkan saja di car port, malas untuk menyimpannya masuk ke garasi. Aku tak naik mobil ke kantor. Semua warga kompleks, bahkan sebagian besar warga distrik ini tak berkendara pribadi ke kantor. Biaya parkir selama sebulan di Kota Baru bisa menghabiskan gajimu. Kami naik bus yang satu jam sekali menunggu di Pos Penjagaan. Jauhnya perjalanan menuju pos, biasanya kumanfaatkan untuk olahraga jalan kaki. Akan tetapi ini kejadian luar biasa: terlambat. Mau minta diantar Sari sampai ke gerbang, segan. Sari sedang sibuk. Kasihan dia kalau kena tegur penerbit. Sebenarnya, uring-uringannya yang lebih dikhawatirkan. Itu sangat berimbas pada ketenangan hidup jutaan sel-sel dalam tubuhku.

Lihat selengkapnya