Dari cerita Tata kepada Sari, hari Minggu malam papanya Safira dan Rifky itu permisi keluar untuk cari angin sebentar. Tata yang harus membujuk Rifky agar tak rewel mengizinkan saja. Dia memang sempat bertanya pada waktu itu.
“Nggak capek, Bang?”
Soalnya mereka baru sampai dari rumah ibu Tata di Kampung Semayang. Perjalanan dari Kampung Semayang ke Bukit Simangkuk lumayan jauh, sekitar satu setengah sampai dua jam.
“Nggak,” sahut Andre singkat dan berlalu.
Rifky merengek terus kala itu. Jadi, Tata mengelus-elus badannya lagi agar kembali tidur. Bocah lima tahun itu tadinya sudah terlelap di mobil. Waktu diangkat masuk, tidurnya terganggu, dan akhirnya jadi rewel. Kakaknya, Safira sudah nyenyak. Walau tadi gadis sembilan tahun itu sempat terbangun untuk buang air kecil.
Setengah jam kemudian, Tata berhasil menenangkan si kecil. Dia mematikan lampu kamar anak dan menutup pintunya perlahan. Andre belum kembali. Belum ada kekhawatiran kala itu. Tata berpikir, mungkin suaminya ingin mendinginkan kepala dan perlu waktu sendirian. Wanita itu kemudian membersihkan diri, bersiap untuk tidur.
Tata sebenarnya sudah merebahkan dirinya dan mencoba untuk tidur. Akan tetapi usahanya sia-sia. Pikirannya tak bisa diajak ikut beristirahat. Di rumah ibunya, sesuatu terjadi.
Mereka selalu menikmati weekend, seperti biasa di rumah orang tua Tata. Sehabis makan siang, anak-anak tertidur bersama neneknya, sehingga Tata dan Andre menikmati kesempatan itu dengan berjalan-jalan berduaan di kebun jeruk yang membentang luas mengelilingi rumah panggung itu.
Di sana, Andre mengakui suatu hal yang membuat langit biru di atas kepalanya berputar-putar. Pepohonan jeruk di sekitar menjadi hilang warna hijaunya. Wangi segar jeruk menjadi aroma busuk. Hal buruk terjadi lagi pada pernikahannya. Seperti yang pernah menjadi firasatnya saat melihat kembali wanita durjana itu tersenyum.
“Ma..., Papa dijebak.” Kala itu Andre memberikan alasan. “Papa dibujuk untuk minum-minum. Sumpah, Ma, Papa bener-bener nggak sadar sedang melakukan apa pada saat itu.”
“Sumpah lagi, Pa? Bukannya Papa juga udah pernah bersumpah nggak akan berurusan dengannya apa pun yang terjadi?” Tata yang bisa kubayangkan punya ekspresi sangat datar pasti bisa bertanya dengan tenang.
“Dia minta aku ganti rugi atas kejadian dulu itu.”