“Mina!” Suara seorang laki-laki dengan keras memanggil namanya.
Mina dan teman-temannya yang lain menoleh mencari sumber suara.
“Tae!!!” Mina tersentak kaget. Ia setengah berlari ke arahnya.
“Apa kabar?” Mina menepuk-nepuk bahunya. Ia tersenyum ramah.
“Aku baik!” ujar Tae sambil membuka kedua tangannya menunjukkan bahwa ia sehat-sehat saja.
“Selamat ya! Perlombaan desain baju pengantinnya, uhm.... kamu menang kan? Kamu memang hebat!” ujar Tae sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
“Terima kasih. Ini kerja tim.” Mina menunjuk teman-temannya yang tidak jauh darinya.
Teman-temannya pamit duluan dan meninggalkan Mina bersama Tae.
“Aku denger kamu nikah sama Yungi?” Nada Tae serius. Mereka masih berdiri berhadapan.
“Iya,” jawab Mina sambil mengangguk pelan.
“Aku benar-benar tidak menyangka. Kalian sahabat jadi pasutri?” Tae sedikit mengejeknya.
“Sudah punya momongan?” sambungnya.
Mina sekali lagi memukul bahunya.
“Jangan bercanda terus, ah!” ucap Mina.
“Ya, maaf deh! Mau ke mana sekarang! Ngobrol bentar, Yuk! Ngafe?” ujar Tae yang bernama panjang Taemin itu. Namanya mirip nama orang Korea memang karena darahnya juga setengah Korea setengah Indonesia.
Mina mengecek jam tangannya.
“Boleh deh!” ujarnya setelah ia memastikan sesuatu di pikirannya.
Mereka berjalan menuju sebuah kafe tak jauh dari tempat mereka berbincang. Setelah duduk dan sambil menunggu pesanan, mereka melanjutkan obrolan.
“Aku terlambat, Min!” ujar Taemin.
“Terlambat? Kalau ada janji kenapa ngajak aku ngafe?” Mina terlihat kaget.
“Bukan itu! Aku terlambat ngelamar kamu! Malah keduluan sama si Yungi!” ujar Taemin.
“Apaan sih, Tae!” Mina menggelengkan kepalanya. Ia tahu Taemin sering bercanda.
Tae tersenyum.
“Eh, ngomong-ngomong, suamimu ga akan marah istrinya minum kopi dengan lelaki lain?” Tae memasukkan gula ke dalam kopinya.
“Ga mungkin lah! Lagian kau kan bukan lelaki lain? Kau kan temennya juga!” Mina mengangkat cangkirnya dan mendekatkan ke mulutnya.
“Ya, ... tapi ini aku loh! Abiyasa Taemin Saputra. Laki-laki yang selalu siap memberimu bahu. Aku selalu sayang loh sama kamu!” Tae dengan tenang berbicara.
Mina terbatuk-batuk dibuatnya.
“Aduh!!! Kalau bercanda jangan keterlaluan dong, Tae!” Mina memukul-mukul dadanya pelan dan mengusap-usap bibirnya.
“Aku ngga bercanda kok, Min!” Muka Tae tampak lebih serius.
Mina baru akan membuka mulutnya untuk menjawab, etika HPnya berbunyi. Ia mengurungkan niatnya dan mengangkatnya.
Itu dari Melisa. Ia meminta agar Mina menjemput Yungi. Yungi mabuk berat. Melisa tak mungkin mengantarkannya ke rumah.
Tae memandangnya dalam dan membuat Mina sedikit kikuk dan bersalah.
“Aku harus pergi Tae! Adik iparku membutuhkanku.” Mina beranjak dari tempat duduknya.
“Adik iparmu atau Melisa?” Tae meraih tangannya.
Mina tersentak kaget. Ia membalikkan badannya da mereka saling berhadapan.
“Aku sudah tahu semuanya.” Tae menegaskan. Mina bergeming.