Yungi yang terbalut dalam busana tuksedo hitamnya membunyikan klakson mobilnya beberapa kali. Mina tengah mengenakan anting-anting bunganya menjadi gugup dibuatnya. Ia berlari ke arah jendela dan membuat tanda memohon supaya Yungi mau bersabar menunggunya. Mina kemudian menuruni tangga dan setengah berlari ke luar menuju kepadanya.
Yungi terdiam sesaat, memperhatikan Mina yang tengah berlari dengan gaun hijaunya. Gaun V-neck dengan hiasan bunga-bunga sedang di bahu kanan dan sekeliling gaun bagian bawahnya membuatnya terlihat lebih elegan. Mina menata rambutnya dengan mengikatnya dan menguntunnya dipinggirnya.
Yungi terus menatapnya.
Sejak kapan ia terlihat begitu cantik? Sahutnya dalam hati.
Ia sendiri dibuat cengang oleh kata-katanya. Apa yang kukatakan? Sahutnya lagi dalam hati. Ia menutup mulutnya. Tangannya yang satu lagi memegang setir mobil.
“Maaf ya, maaf!!!” Mina sedikit meringis. Ia khawatir Yungi memarahinya.
Yungi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Jadi, di mana Tae akan menjemputmu?” Sahutnya pendek.
Matanya menatap arah jalan sambil memajukan mobilnya.
“Oh, kau bisa menurukan aku di perempatan depan.” Mina menunjuk ke arah jalan.
Yungi hanya mengangguk. Ia kemudian berhenti di tempat yang Mina tunjuk. Mina keluar dari mobil dan menuju mobil lain yang tengah Tae naiki. Yungi menatapnya. Sekali lagi ia harus menelan rasa kecewanya. Yungi memajukan mobilnya, sementara Mina menaiki mobil Tae.
“Halo. Maaf ya menungguku. Sudah lama?” tanya Mina sambil memasang sabuk pengaman.
“Tidak juga.” Tae tidak melepaskan tatapannya ke arah Mina. Ia melihat Mina atas dan bawah.
“Ada apa?” tanya Mina.
“Kau cantik sekali!” sahut Tae sambil mendeham. Ia kemudian memegang kemudi mobilnya bersiap untuk pergi.
Mina tersenyum.
“Terima kasih,” sahutnya.
***
Sesudah menyalami Melisa yang selalu menempel pada Yungi, Mina membiarkan dirinya menjadi penunggu balkon. Ia berdiri di depan balkon, menikmati pemandangan malam yang dihiasi lampu kelap kelip kota. Pesta yang begitu meriah ternyata membuat Mina tidak nyaman. Ia tidak bisa diam dan duduk lama di tengah kerumunan orang banyak.
Beberapa saat ia sendirian sampai Tae menemaninya dengan candaan dan cerita-cerita hebohnya ketika ia berada di Italia untuk sekolah memasaknya dan di Australia, ketika ia bekerja sebagai seorang ahli memasak di sebuah hotel yang terkenal di negeri kangguru itu. Tentunya Mina menanggapi dengan senyum dan tawa renyahnya. Sesekali mereka saling memandang tanpa ada suara di antaranya. Hanya hembusan angin dan denting gelas anggur yang memecah pandangan dan senyum mereka.