Yungi bolak-balik di ruang tamu apartemen Melisa. Hpnya ia dekatkan ke telinganya. Melisa yang baru saja selesai mandi keluar dari kamarnya dengan daster seksinya. Ia kemudian mendekati Yungi dan memeluknya dari belakang. Yungi sedikit kaget dibuatnya.
“Ada apa? “ tanya Melisa.
“Kenapa begitu gusar?” sambungnya.
Yungi menggelengkan kepalanya seraya menyimpan HPnya ke dalam sakunya. Ia kemudian melepaskan pelukan erat Melisa di tubuhnya dan langsung menjatuhkan dirinya sendiri ke sofá tepat di depannya.
“Kamu telfon Mina?” Nada Melisa meninggi, tidak bisa menahan rasa kecewanya.
Yungi mencoba menenangkan dirinya supaya tidak terlihat gusar dan terlihat bahwa dirinya memang tengah mengkhawatirkan Mina.
“Aku hanya ingin tahu alasan yang ia katakan kepada orang tuaku ketika aku tidak pulang.” Yungi menjawab datar. Ia masih membiarkan dirinya terduduk di sofá.
“Kau bisa menelfonnya besok pagi, kan? Malam ini kau bersamaku. Kau tidak boleh mengingat hal lain kecuali aku,” sahut Melisa sambil menciumi pipi Yungi lembut.
“Aku mandi dulu.” Yungi langsung beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar mandi.
Sudah hampir satu jam Yungi berdiri di bawah hangatnya semburan air dari shower. Pikirannya dipenuhi dengan Mina. Ia sadar ia sudah sangat keterlaluan tetapi menurutnya ini juga salah Mina karena telah membuatnya marah.
Kenapa ia tidak angkat telfonnya? Hatinya bergumam.
Ia mengepalkan tangannya dan menonjokannya pelan ke tembok. Sesaat ia memejamkan matanya mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan. Pulang. Sahutnya dalam hati. Ya aku harus pulang dan menyelesaikannya dengan segera. Sambungnya lagi. Pemikiranya diiringi dengan aksinya keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakainnya lagi.
“Kau mau ke mana, Yungi?” Melisa yang tengah berbaring di kasur bangkit.
“Aku harus pulang. Ada yang harus kuselesaikan.” Yungi menyambar jas tuksedonya yang tergeletak di ujung kasur.
“Tapi ini hari ulang tahunku. Kau seharusnya bersamaku.” Melisa memegangi tangan Yungi dan mencegahnya keluar dari kamarnya.
“Maafkan aku. Aku janji aku akan menemanimu seluruh akhir pekan depan, tapi hari ini aku harus pulang.” Yungi melepaskan pegangan tangan Melisa dan bergegas keluar kamar dan apartemennya.
Yungi mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia meraih telfonnya dan mencoba menghubungi Mina berkali-kali. Tidak ada respons. Ia memarkirkan mobilnya di garasi setelah beberapa kali membunyikan klakson meminta pelayan membukakan gerbang.
Ia langsung menaiki tangga dan memasuki kamar tidurnya dan tertegun karena tidak mendapati Mina di sana. Masih berdiri di dekat pintu kamar, ia mengitarkan pandangannya ke sekelilingnya. Dengan cepat ia berjalan ke arah kamar mandi, membuka dan mendapati kamar mandinya kosong juga. Ia kemudian berlari ke arah garasi, menanyai pelayannya mengenai keberadaan Mina. Pelayannya hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu.
Yungi duduk di tangga garasi sesaat berpikir. Ia lalu mengeluarkan HPnya dan mencari kontak dan ketika nama Tae muncul di layar ia langsung memijit tombol telpon.
“Halo?” Terdengar suara Tae sedikit malas seperti bangun tidur.
“Tae ini Yungi. Apa Mina bersamamu?” Yungi langsung mengiterogasinya.
“Oh, Mina tidak memberitahumu. Ia di rumah orang tuanya. Aku mengantarkannya tadi ke sana. Memang ada apa?” Sahut Tae lagi bangkit dari tidurnya.
“Hei!! Kamu kan seharusnya bersama Melisa malam ini ya kan? Sambung Tae.
Biiip. Tidak ada jawaban.