Bab 11 Tetaplah di sampingku
“Ada apa, Mina? Apa makanannya tidak terlalu enak?” Ibu mertuanya melihatnya dan melirik ke arah piring makanan yang masih penuh dengan nasi. Yungi yang duduk di sampingnya ikut juga mengamininya.
“Tidak, Bu!” Mina sedikit kaget. Ia tidak menyangka mertuanya memperhatikannya ketika ia makan.
“Lalu kenapa kalau begitu, kau tampak tidak berselera?” sambung mertuanya lagi.
“Maaf, perutku agak mual sekarang. Jadi rasanya tidak bisa menghabiskan makanan ini, Bu,” sahut Mina pelan.
“Hah! Jangan-jangan kau hamil?” timpal ibu mertuanya lagi.
Yungi dan Mina tersentak kaget. Mereka saling menatap.
“Tidak, Bu. Kami... eh ... aku tidak hamil. Hanya sedikit lelah dari pekerjaan.” Mina dengan cepat membantah asumsi ibunya. Ia kemudian melihat ke arah Yungi memintanya untuk melakukan pembelaan juga.
Mengerti dengan apa yang diingikan Mina, Yungi ikut menyambung perkataan Mina dengan mengiyakannya dan mengangguk-anggukan kepala dalam. Sengaja ia melakukan itu supaya ibunya tidak mengamati wajah bohongnya.
Ia melirik ke arah Mina, tetapi orang yang dilirik meminta ijin untuk menyelesaikan makannya terlebih dahulu. Mina kemudian meninggalkan Yungi dan keluarganya menuju kamarnya. Tidak lama berselang, Yungi mengikutinya ke kamar.
“Kau mau ke mana?” Yungi sedikit tercengang melihat Mina yang sedang bersiap menyisir rambutnya dan mengganti bajunya.
“Aku ada janji dengan Tae. Aku lupa ia ingin bertemu denganku hari ini.” Mina masih fokus pada pekerjaannya. Ia tidak memperhatikan Yungi yang memasang senyum kecut di bibirnya ketika nama Tae disebutkan dengan ringannya.
“Apa?” Yungi menggaet tangan Mina sebab Mina hampir berjalan melewatinya.
“Ada apa?” Raut muka Mina tenang melihatnya.
“Kita masih harus membahas urusan mual tadi dan kau pergi begitu saja?” Nada Yungi mengeras.
Mina menepiskan tangan Yungi lalu membetulkan pakaiannya.
“Ada apa dengan mual tadi? Aku tidak hamil. Mensku tidak telat. Tidak ada masalah, jangan takut!” Mina mencoba meyakinkan.
“Dan kenapa sih nadamu itu? Kecut sekali, aku tidak suka mendengarnya,”sambung Mina. Ia hampir membuka pintu ketika Yungi mendahuluinya menghalanginya tepat di depan pintu.
“Kenapa sih? Ribet amat. Aku mau pergi dengan siapa pun ngga ada urusan sama kamu kan, Yun? Aku ga pernah usil sama urusan kamu dan Melisa, kan? Jangan seenaknya ah! Minggir!”
Yungi mengindahkan kata-kata Mina. Ia tetap berdiri di depan pintu. Ia melipat kedua tangannya di dadanya. Beberapa saat Mina juga berdiri terpaku di depannya sepertinya perang diam akan segera dimulai.