Texting

Tika R Dewi
Chapter #1

Part 1

Weekend memang melelahkan, tapi aku jelas lebih suka lelahnya malam weekend daripada malam-malam sepi tanpa tamu.

Karena weekend biasanya semua room terisi penuh, jadi capeknya karena ada kerjaan, daripada gabut alias gaji buta, itu biasanya kalau hari Minggu atau Senin. Seringkali suasananya sepi kaya kuburan. Capeknya, capek berdiri jagain room kosong, sampai ngantuk.

Dan sekarang adalah Minggu dini hari, ketika orang masih terlelap dalam tidurnya.

Di sini aku sedang memegang kanebo untuk mengelap meja yang bekas dipakai para tamuku berkaraoke.

"Gue nulis report dulu, Kei." Itu si Jay partner jagaku hari ini. Report yang tadi dia maksud itu adalah laporan detail bill tamu kami yang baru saja checked out.

Mirisnya mereka dalam semalam bisa menggesekkan kartu ajaibnya dengan nominal jutaan bahkan tak jarang sampai puluhan juta rupiah hanya untuk sekedar bersenang-senang menenggak minuman haram ataupun menyewa pemandu lagu.

Dan apa mau dikata, ketika akulah salah satu yang membantu menuangkan minuman haram itu ke gelas-gelas mereka, sampai habis isi di botol, agar mereka segera membeli lagi botol berikutnya.

Kadang rasa dosa itu muncul, seringkali sindiran itu datang entah dari teman sepekerjaan, atau dari orang yang bahkan tak mengenalku, "Buat apa lo salat, orang kerjaan lo aja bikin mabuk orang, percumalah!" Tapi aku tak menggubris sindiran mereka. Aku tetap taat menjalankan 5 waktuku. Urusan dosa, biarlah Allah yang menjadi hakimku.

Hari ini room yang kujaga adalah room standard yang dijaga dua orang pelayan, ya aku sama si Jay tadi, kemana tu orang, nulis report saja lama sekali.

Walaupun hanya room standard tapi ruangan ini luasnya kira-kira 5 atau mungkin 6x dari luas kamar kostku.

Ada 4 meja marmer dan 1 meja makan ber- lazy susan lengkap dengan 10 kursi makannya yang harus ku lap bersih. Area meja memang wilayahnya para server sebutan untuk para pelayan seperti aku ini. Sedangkan area bawah baik lantai atau karpet tebal dan area toilet, iya room ini memang dilengkapi fasilitas toilet di dalam juga, adalah wilayah para housekeeping (HK) sebutan untuk petugas kebersihan di Karaoke premium ini.

Selesai mengelap semua meja, akupun menyusun ulang semua tatanan di meja sesuai SOP (Standard Operational Procedure).

Meletakkan kotak tisue yang sudah diisi ulang dan asbak yang telah dibersihkan dari abu rokok pada masing-masing meja di area sofa dan hanya satu kotak tisue tanpa asbak di meja makan. Memposisikan 2 buah wireless mic pada tatakan akriliknya di meja ketiga dari pintu, dan keranjang snacks yang belum kami isi ulang di meja kedua dari pintu.

"Mbak, udah ya," kata mas HK yang sedari tadi menemaniku membersihkan room ini.

"Ok mas makasih, ntar ya.... "

Yang kujanjikan padanya adalah jatah mereka para HK.

Jadi dari tips yang kami terima dari tamu, sudah biasa di sini untuk membaginya dengan para HK dan anak Bar.

Malam ini tamunya lumayan, pada saat pembayaran bill tadi, aku dan Jay masing-masing diberi tips lembaran warna merah.

Dan tadi, sewaktu tamu ini datang baru memberikan handuk panas sebagai ucapan selamat datang saja sudah mendapatkan selembar uang warna biru. Jadi kalau ditotal, pendapatan tidak tetap kami hari ini dua ratus lima puluh ribu rupiah.

Iya, tips ini adalah pendapatan tidak tetap kami, nilainya setiap hari berubah-ubah, tergantung siapa tamunya.

Dengan total tips segitu, setelah dikurangi biaya ini itu, salah satunya untuk mas HK tadi, aku dan Jay masing-masing bisa pulang dengan mengantongi seratus sepuluh ribu rupiah. Alhamdulillah.

Aku selalu mencoba bersyukur dengan apa yang kuperoleh, walau jalannya belum 100% benar.

Aku berjalan ke arah toilet, hendak memeriksa sekali lagi pekerjaan si mas HK.

Setelah memastikan sudah ok dan bersih akupun kembali ke area sofa untuk menyusun bantal-bantal di atasnya.

Mengambil satu demi satu bantal, menepuk-nepuk ringan, menggembungkan bantal-bantal tersebut dan membuatnya berdiri di sandaran sofa sedemikian rupa. Lagi-lagi ini sudah menjadi rutinitasku seperti yang lainnya ini adalah SOP.

"Si Jay lama amat si, pasti ngobrol dulu ni anak."

Masih sambil menepuk-nepuk bantal demi bantal akupun meracau sendiri.

Sisa dua bantal terakhir, ketika aku mengangkat dua bantal tersebut bersamaan, "Eh, HP siapa ini?" Kuambil ponsel itu, dan kubolak-balik, barangkali aku mengenalinya.

Ponsel berlogo bitten apple itu jelas bukan ponsel murah, dan untuk yang ini keluaran terbaru pula, walaupun milikku cuma android, tapi aku cukup update soal teknologi terkini, ini ada hubungannya dengan kuliah yang aku ambil saat ini.

Lihat selengkapnya