Keira | Aiden
Hari Minggu siang sedikit santai, setidaknya aku hari ini tidak ada kuliah.
Terbangun karena perut lapar, aku pun duduk di tepian tempat tidur sebentar.
Menikmati sedikit waktu untuk bengong barang sejenak. Namun, kemudian teringat kata mama, "Jangan suka bengong ditemenin setan." Ah tu kan jadi kangen mama di kampung.
Akhirnya setelah selesai Sholat Dzuhur, kuambil dompet dan ponselku, ingin keluar untuk mencari makan siang, biasanya aku order delivery, tapi siang ini aku lagi pengin nasi bebek madura di pinggir jalan depan. Selagi mengambil ponsel, pandanganku pun jatuh pada ponsel milik orang yang sementara menginap di kamar kosku ini, bawa gak ya? Setelah menimbang-nimbang, kuputuskan kubawa saja, mana tahu ada panggilan masuk yang bisa kasih info tentang keberadaan si pemilik.
Kalau Minggu siang, ini adalah tempat makan favoritku, seperti biasa kupesan satu porsi nasi bebek madura ekstra sambal, dan ekstra taburan lengkuas parutnya, karena sudah langganan, abang penjualnya sampai sudah hafal preferensiku.
Dari gerobak nasi bebek aku beralih ke gerobak sebelahnya, dan memesan segelas es jeruk.
Sembari duduk menunggu pesanan datang, aku membuka ponselku sendiri, punya Refly ada di kantong jaketku. Ada chat dari nomer asing.
Keira, temen-temen Refly yang gue kenal juga uda banyak yang ga kontak sama dia.
Atau coba lo email dia, harusnya di fb lo bisa lihat email dia kan
Oh iya kenapa gak kepikiran ya. By the way, rupanya Aiden yang chat via aplikasi whatsapp-ku.
Wah kenapa tadi gak kepikiran ya gue, oke ntar gue coba email deh.
Thanks idenya.
Btw, temen lo ini pasti tajir mlintir ya, masa kehilangan HP mewah gini gak nyadar.
Hmm ... gue gak tau si kondisi finansial dia skrg gimana.
Duhh, gue bcanda keleus.
Makananku pun datang, entah kenapa aku malah mengambil gambar makananku menggunakan kamera HP dan mengirimnya ke Aiden.
Makan dulu ya...
Wow, apa tu? Bebek ya?
Wek wek, iya bebek, enak ni.
Duh, jadi pingin balik.
Balik? Emang lo lg dmn?
Negara tetangga aja, SIN, ada urusan kerjaan.
Ooo
Bulet
Ha ha ha, garing lo
Biarinlah, ini lo sambil makan chatnya?
Iya multitasking lah, dilengkapi es jeruk peras murni. Seger.
Makan dululah sana, kalo dah selesai chat lagi.
Aku pun jadi berpikir, kok malah aku jadi nyaman chat sama orang ini sih?
Ah sudahlah gak usah terlalu dipikirkan. Kulanjutkan makan siangku.
Di tengah menikmati makan siangku, ada pembeli nasi bebek yang aku kenali, teman sesama server, Roni.
"Eh Kei, sendirian aja?" Yup dan dia pun menyapa.
"Ron, iya sendirian, makan yuk," jawabku dan tawarku sekedar basa-basi.
Roni ini sudah punya istri, dan istrinya kebetulan adalah SPG Wine di tempat kami kerja. Yang perlu dicatat adalah istrinya yang bernama Selli itu pencemburu sekali. Dan entah mungkin hanya perasaanku saja, sepertinya Selli paling cemburu padaku dan Lina sahabatku.
Kadang kami gak tahu salah kami apa, tapi dia judes sekali pada kami.
Paling malas tu kalau kebetulan aku harus berpartner sama Roni, entah setiap berapa lama sekali telepon di room pasti berdering. Dan kalau kebetulan aku yang mengangkat, judes sekali cara bertanyanya.
"Roni mana?" Tanpa bertanya dari siapa aku tahu itu Selli.
Padahal suaminya bukan termasuk laki-laki yang neko-neko. Dia termasuk yang gak banyak bicara, gak 'iseng' ke perempuan. Kalau lagi jaga bareng, ya biasa saja, dia gentleman, tugas yang berat-berat pasti diambil alih olehnya. Kalau dia melihatku lelah dia menyuruhku take five—ini istilah kami kalau mau istirahat sejenak, kalau buat yang perokok, mungkin take five itu sama dengan sebatang, dan di tempat kerjaku gak cuma server laki-laki, tetapi yang perempuan pun banyak yang merokok, kalau aku? Aku dan Lina termasuk yang tetap lurus gak keikut arus. Beruntung aku bertemu teman seperti dia di dunia malam begini, kami bisa saling mengingatkan.
Kembali ke Selli, istri Roni, kalau dia telepon ke room dan kebetulan di situ ada Roni pasti langsung aku sambungkan padanya, kalau gak ya mau gimana lagi, awal-awal masih kujawab baik-baik, belakangan kalau aku jaga dengan Roni dan istrinya menelepon tapi yang ditanyain sedang tidak ada aku jawab dengan sama judesnya, "Roni kerja!" Iya, sesingkat itu aku menjawab.
Pernah satu waktu dia tak terima aku jawab seperti itu, "Heh, gue istrinya, gue ada perlu sama Roni!"
Dan kujawab, "Hei! Roni itu di sini kerja, dia lagi ambil orderan, ini room lagi ada tamu jangan telepon molo!" Biar saja dia semakin membenciku. Dia kan bekerja di tempat yang sama dengan suaminya kalau memang urgent samperin aja, pikirku.
Ada alasan kenapa aku merasanya dia hanya cemburu padaku dan Lina, karena aku pernah melihat dia berbicara dengan server perempuan lain dan dia biasa saja tidak judes malah sangat ramah, sampai waktu itu aku dan Lina saling pandang melihat itu. Kebetulan waktu itu aku dan Lina tugas di section yang sama dan seperti bisa membaca pikiran satu sama lain, waktu itu kami sama-sama berpikir: "Apa salah kita?"
Akan tetapi, kami tak terlalu ambil pusing, gak ada urusanlah. Asal gak nyenggol langsung aja ke kami. Kalau macam-macam ya, "Lo jual gue beli!"
"Gue bungkus aja deh, gak sama Sinta makannya?" Roni pun mengambil posisi duduk di depanku sembari nunggu pesanannya dibungkus.
"Tadi gue ketok kamar Sinta gak ada jawaban, entah masih tidur atau udah keluar anaknya, gue WA belum balas juga sih." Sinta itu rekan sekerja kami yang kebetulan satu kos sama aku, kami dekat sebatas rekan kerja dan teman satu kos, karena kami beda hobi, dia masih suka clubbing, merokok, minum juga.
Tapi aku gak pernah menghakimi itu, dia pun sama, kami hanya beda hobi, kalau keluar makan siang kami masih sering makan bareng.
"Bagus semalam?"
"Lumayanlah nopekgo," jawabku paham dengan arah pertanyaannya.