Texting

Tika R Dewi
Chapter #8

Part 8

Strangers are the best people to talk to, they don't judge - Quote

Keira | Aiden

Akhirnya sebelum mulai menyantap hidangan seafood di depan kami, kuambil ponsel Iphone temuan itu dan kuletakkan di atas meja di antara makanan-makanan yang kami pesan.

"HP baru?" tanya Lina melihat Iphone itu dan mengambilnya lalu memainkannya, sementara aku belum memulai ceritaku, tapi malah memulai acara makan mendului Lina.

"Punya lo?" tanyanya lagi, yang kujawab dengan gelengan kepalaku.

"Trus?" Mulai tak sabar sepertinya, "Kei! Punya siapa?" 

Aku menunjuk mulutku yang penuh, "Sab ... har si!" 

Akhirnya setelah kutelan makananku, dan meminum sedikit es jerukku, akupun memulai penjelasanku, "Itu HP temuan dari room----"

"Trus, kok gak lo kasih captain? Kok malah lo bawa si?!" Lina memotong saja, dan aku refleks melotot padanya, akhirnya dia nyengir karena merasa bersalah.

"Mau dengar gak? Main samber aja?" Kami melakukan percakapan sambil makan, karena tak banyak waktu sebelum jam absen kehadiran di kerjaan. 

"Jadi gitu ... makanya gue bawa pulang ni HP, kalau nggak ya pasti dibagi ratalah sama mereka, orang yang punyanya aja gak nyariin kok," kututup penjelasanku soal kelakuan para atasan kami mengenai barang temuan yang tak bertuan.

"Serius kaya gitu? Kok lo gak bilang dari pas lo tahu si, Kei?" Aku memang sedikit merasa bersalah menyembunyikan ini dari Lina, karena ini sedikit sensitif, aku takut dia beda pendapat denganku, tapi sepertinya aku salah.

"Iya, sori, gue juga bingung mau kasih tahu lo atau gak ... tapi kan yang penting sekarang udah ngasih tahu, hehe," seringaiku dengan tanpa bersalah.

"Ya kan kalau tahu gitu, kemarin gue abis nemu kalung gak gue lapor, Kei!" 

"Lo nemu kalung? Dimana? Trus lo kasih sapa?" 

"Kasih kaptenlah! Coba kalau lo bilang kan gue keep aja," jawabnya. 

"Hehe sori ... ya semoga aja yang punyanya nyariin ya, kalau ada yang nyariin kayanya tetep dikasih kok."

"Kayanya...."

"Iya, kayanya...." lanjutku sama ragunya dengan Lina.

"Trus, Aiden?" Ah tentu saja, Lina gak akan biarin aku lolos begitu saja bukan?!

"Aiden...." kusela penjelasanku dengan meminum es jerukku, mencoba mengulur waktu sambil berpikir mulai dari mana ni, sementara kulihat Lina sengaja menunggu dengan tatapan tajamnya.

Oke dimulai dengan senyum dulu deh, "Aiden itu cowok yang gue sms dari HP itu, gak sengaja si, gue cuma ambil nama paling atas yang ada di kontak," ujarku sambil menunjuk Iphone Refly.

"Eh iya, ini lo jailbreak? Kok bisa buka, trus kenapa sms, gak WA aja gitu orang yang paling sering chat sama dia ini?" Aku tahu dia pasti akan bertanya soal ini, pertanyaan yang sama yang pernah dilontarkan Aiden juga kan, well tapi kalau misalnya WAnya terinstall, bukan Aiden mungkin yang kuhubungi.

"Kagak pake jailbreak-jailbreakan, lo pasti gak percaya kalau gue bilang HP ini gak dipassword, trus gak ada WAnya, IG apalagi, tapi ada FB si yang walaupun terakhir kali diupdate setengah tahunan yang lalu ada kali...."

"What?? No WA?" Lina sampai syok gitu mendengarnya, emang si jaman sekarang orang sangat bergantung sekali dengan aplikasi yang satu itu kan, akupun hanya mengangguk menjawabnya, konsentrasiku terpecah antara bercerita dan menghabiskan sisa-sisa makanan kami.

"HP aja keren, isinya kaya HP poliponik," tambah Lina. 

"Hahaha, iya bener, jadi ingat gak si jaman kita mau bikin ringtone sampai ada contekan majalahnya, trus musti tekan angka-angkanya gitu ada yang tekan sebentar, tekan lama dah kaya sandi morse aja. Masih bocah banget gue itu. Jaman papa masih beduit, bisa beliin HP yang jaman itu masih mahal gila. HP begituan doang."

"Emberan," sahut Lina.

"Trus lo dah bisa hubungi pemiliknya?" 

Aku mengangguk menjawab Lina, "Besok ketemuannya, lo temenin gue ya?!"

"Jam? Di?"

"Besok pagi dia mau hubungi gue lagi, maunya si sorean kayak gini aja, biar cukup istirahat guenya,"

"Ga ada kuliah besok? Trus itu dia hubungi lo pake apa? Nomer lain?"

"Gak ada kuliah, kuliah gue tinggal Senin doang, sama Jum'at, tapi yang Jum'at mau gue geser ikut kelas Sabtu pagi mulai Minggu depan. Soalnya kayanya proposal magang udah mau ACC ...." aku jeda sejenak untuk cuci tangan menyudahi makanku, dan kemudian minum lagi "....dia gak chat atau telepon, kapan hari gue email dan semalam dia baru balas," 

"Ooo ... dan kalau Aiden ...." Nah, ingat lagi kan, "dia apanya si pemilik HP? Kok bisa nelpon ke HP lo tadi?"

Akupun lagi-lagi tak langsung menjawab, kumainkan HPku sebentar, "Kei!" 

"Ish, iya, iya ... Aiden itu temannya Refly, si pemilik HP ini namanya Refly. Aiden ini ... gara-gara sms random itu, trus malah jadi sering chat sama gue," huft akhirnya lega setelah keluar juga penjelasan itu. Gak enak banget ternyata nutupi sesuatu dari teman dekat kita itu.

"Dan nelpon juga?" tanya Lina belum puas.

"Nelpon baru dua kali ini, eh tiga, iya tiga."

"Dan pakai bahasa aku-kamu gitu, emang dia orang mana?"

"Wah Lin, lo cocok jadi detektive, lo awas banget." Sengaja tak kujawab pertanyaan terakhir Lina.

"Keiraaaaa...." panggilnya udah jengkel padaku.

"Jam Lin, jam .... " ujarku sembari menunjuk-nunjuk jam tanganku, akupun berdiri ke arah meja pembayaran dan kulihat Lina membereskan barang-barang kami di meja termasuk HP Refly yang tertinggal.

"Kita belum selesai Kei," ancamnya saat kami berjalan ke parkiran motor. Benar juga Lina gak akan menyerah sebelum mendapatkan yang dia mau.

"Apa karena gue kelamaan jomblo ya Lin?" Bukannya menaiki motor aku sengaja sedikit bersandar di motorku berdiri berhadapan dengan Lina.

"Maksudnya?"

"Iya ... masa ya, gue chat sama ngobrol sama orang yang gak gue kenal aja, gue berasa kaya remaja, baperan apalah, alay...."

"Hahaha...." Lina malah tertawa mendengar pertanyaanku, "fix bener, kayanya karena lo kelamaan jomblo deh, lagian ya lo tinggal pilih lho mau yang mana, dari setiap level ada, server, asscap (baca : askep), captain, assup, supervisor, asman (baca : asmen - assistant manager) semua ada, lengkap ... tinggal pilih, belum lagi anak Bar, banyak tu yang ngantri...."

"Asman siapa?" tanyaku penasaran dari jabatan-jabatan yang disebutkan Lina.

"Pak Andika, hayo?"

"Ish ngaco lo, dia kan dah punya bini, ogah gue jadi pelakor," jawabku sambil akhirnya memasukkan kunci dan mengambil posisi bersiap di atas motor.

"Tapi kan beneran dia naksir lo, Kei!"

"Ya teruuuss, lo rela gue jadi pelakor?" Kamipun tertawa bersama.

"Tapi Lin, lo belum lihat aja muka Aiden, coba lo googling deh Aiden Rayyan Pradipta, dan lo bakal tahu kenapa gue baper," Lina refleks menonyor kepalaku dari belakang.

"Lo mah emang gak bisa lihat yang gantengan dikit, Kei!"

"Ck, gak percaya si lo, googling aja dulu!"

Akhirnya Lina membuka HPnya dan googling nama yang kubacakan.

"Ah gilakkk, ini mah gue rela deh di baperin juga!" teriak Lina tiba-tiba sampai membuat beberapa orang di sekitar situ menengok pada kami, akupun refleks membalas tonyoran kepalanya tadi.

"Mulut tu ... berisik tahu, ingat tempat!" Refleks Lina menutup mulutnya, "Gue bilang juga apa? Percaya lo sekarang?!" Dan akhirnya kali ini benar-benar kunyalakan mesin motorku.

Di jalan dia masih sempat-sempatnya ngomporin aku untuk segera kopdar dengan Aiden, yang tentunya aku tolak mentah-mentah, kaya gak tahu aku aja ni anak.

-----------------

Sudah berseragam, lengkap dengan stocking warna kulit dan mengikat rambutku ke dalam hairnet, kemudian memasukkan peralatan perangku ke dalam saku seragamku. Kulihat jam tanganku menunjukkan 7:12, ada 18 menit sebelum aku harus masuk ke ruang briefing. Kuketik chat ke Aiden.

Aku ada waktu 18 menit sebelum briefing.

Dan langsung mendapatkan balasan darinya, mungkinkah dia menunggu?

I have no problem with that

Lihat selengkapnya