"Huekk! Huek..!" Stela mengeluarkan semua cairan yang merusak suasananya saat akan berangkat sekolah. Ivan yang berada dibelakangnya hanya menepuk tepuk bagian tengkuk leher Stela.
"Udah udah, yang ada tengkuk gue sakit tau gak!" Keluh Stela melepaskan tangan Ivan yang berada
"Udah dibantuin, nawar!" Kesal Ivan dan keluar dari kamar mandi. Dia menyandarkan dirinya ditembok dekat toilet dengan membawa tas hitam yang senantiasa menempati punggung kanannya.
"Ngapain masih disini, sana pergi temuin pacar kesayangan lo itu!" Sinis Stela sambil mengambil tas yang ada di meja.
"Vania izin, lagi ada pertemuan keluarga lo bareng gue!, gue tunggu di parkiran kalo gak mau ya Udah!" Ivan pergi meninggalkan Stela
"Hemat uang, gue bareng aja deh!" Stela buru buru menyusul Ivan yang belum jauh. Stela juga buru buru memasuki lift yang masih terbuka. Stela menatap Ivan yang hanya sibuk dengan ponselnya. Bisa diduga itu adalah Vania yang sedang bermesra mesraan dengan suaminya.
"Lo gak ngerasa berdosa apa?" Tanya Stela. Mereka sebenarnya sudah bisa keluar dari lift namun Ivan masih fokus dengan ponselnya.
"Ngapain ngerasa berdosa?" Tanya Ivan masih menatap ponselnya.
"Kita itu udah nikah fan, sadar! Lo boleh bertindak sesuka lo setidaknya lo hargai keberadaan gue fan!" Balas Stela masih menatap Ivan yang cuek padanya.
"Cinta itu gak bisa dipaksa, kalau gue bukan jodoh lo yaudah sih terima!" Balas Ivan langsung ke luar dari lift.
***
Mereka masih berada dalam perjalanan menuju sekolah. Disepanjang perjalanan Stela hanya sibuk mendengarkan musik dengan headsetnya. Stela juga bersiul siul sepanjang perjalanan. Jujur, Ivan tidak menolak nyanyian itu karena saat mereka bersahabat juga Stela seperti ini. Suara indahnya mampu membuat semua orang terhipnotis dengannya.
Saat lagu kesukaan mereka berputar Stela terdiam dan melepas headsetnya. Stela justru tersenyum sambil menatap arah jalanan yang mulai ramai. Stela tersenyum kecut mengingat bayangannya dahulu. Dirinya tertawa riang saat lagu favorit mereka terputar. Bukan hanya itu Ivan bahkan pernah duet saat di cafe dengan Stela hanya untuk menyanyikan satu lagu.
Ivan yang sesekali melihat Stela nampak bingung. Reaksi Stela berubah drastis. "Kenapa?" Tanya Ivan singkat lalu langsung menatap jalanan.
"Peduli apa lo?" Tanya Stela balik.
"Kok sewot?" Bantah Ivan menatap Stela sebentar. Dia yang menyadari ada yang aneh pada ponsel Stela langsung mengambilnya kemudian dia meminggirkan mobilnya dipinggir.
"Kenapa lo diem?" Stela membiarkan Ivan melihat isi ponselnya.
"Kenapa? lo inget apa yang kita lakukan selama tujuh belas tahun bersama dan berpisah?" Tanya Stela tersenyum palsu. Ivan masih diam dan menggenggam ponsel Stela.
Stela langsung menyahut ponsel miliknya dan menyimpan ponsel kesayangannya di dalam tas sekolah. Ivan tak melanjutkan kata katanya dan langsung melajukan mobilnya.
"Persahabatan kita udah cukup sampai di pernikahan kemarin, sekarang lo cuma istri sementara gue!" Ucap Ivan tanpa ekspresi.
"Dalam sejarah hidup gue, gue dari dulu pengen nikah satu kali seumur hidup. Tapi sepertinya keinginan gue kandas. Apa gue gak ada tempat lagi dalam kehidupan lo?" Tanya Stela menatap depan.
"Gak, dan gak akan pernah ada!" Balas Ivan tanpa menggubris perkataan Stela.