Pulang sekolah Stela berjalan kaki dengan sebal. Hari ini sangat panas. Namun dirinya hanya pulang seorang diri. Jarak ke apartement lumayan dekat, karena itu dia memilih untuk berjalan kaki saja. Hemat uang, pengeluaran bulan ini harus hemat agar bisa sampai dua atau tiga bulan depan.
Kondisi Bandung saat ini terlihat ramai sekali, karena itu Stela tak lupa untuk memakai masker. Perjalanan juga terasa melelahkan. Stela memilih untuk duduk di halte terlebih dahulu dan melepas maskernya.
Stela memainkan kakinya dengan cara mengayunkannya. Menatap salah satu pasangan yang sedang bercanda ria didalam mobil dengan atap terbuka itu. Pilu dalam hatinya, berharap suatu saat angan dalam dirinya berubah menjadi kenyataan.
Pasangan itu terlihat bahagia mereka bercanda ria sambil menikmati jalanan di kota Bandung. Mereka bahkan tidak memikirkan tempat untuk tawa. Tawa mereka menusuk telinga Stela dengan perlahan.
"Stop berhalusinasi Stela, ayo maju jangan mundur pikirkan masa depan bayi lo" Ucap Stela sambil memegangi keningnya dan berharap pikirannya bisa berkompromi dengan keadaan.
"Gue bisa gila kalau kayak gini!" Gerutu Stela sambil menyibakkan rambut tiram nan panjangnya kebelakang. Matanya menatap arah jalanan dan tersenyum palsu. Stela memutuskan untuk berjalan lagi sambil memasang masker miliknya. Baru selesai Stela memasang masker dua laki laki gagah hadir dihadapannya.
Dari gayanya laki laki itu terlihat menyeramkan. Mulai dari tatto di lengan, namun dia tidak berotot kekar layaknya seorang preman. Dia masih terlihat anak lulus sma. Namun dandanannya brandalan, rambut acak acak dengan aneka macam warna rambut.
"Hai cantik, kayaknya gue kenal deh!" Ucap salah satu pria itu. Stelaemundurkan langkahnya kebelakang satu langkah namun laki laki itu tetap mengikutinya.
"Pergi kalian!" Usir Stela.
"Ck, ck, ck seorang model jakarta, ngusir kita? Ini kawasan kita nona Stela" ucap pria satunya kepada Stela. Stela bingung pikirannya kalang kabut, dirinya sering melihat film seperti ini dan ini terasa sangat nyata.
"Pergi kalian! Gue gak punya uang dan gak punya banyak waktu! MINGGIR!" Ucap Stela membuat kedua laki laki setinggi Ivan itu malah maju mendekatinya.
"Kita rasa jam tangannya sama liontin lo itu pas" ucap preman yang bertubuh agak pendek sambil meletakkan tangannya dibagi teman temannya itu. Mereka saling pandang dan juga mengedipkan satu mata kepada Stela.
"Kalian kerja aja sana, cari uang itu yang halal!" Balas Stela.
"Diem lo!" Stela yang bingung mulai berusaha berlari, baru satu langkah tapi kedua tangannya sudah dicekal oleh kedua lelaki itu.