"Lo bisa sat, lo belum coba" ucap Stela.
"Gue gak bisa, gue gak bisa hidup tanpa lo, gue bisa mati la!" Racau Satria.
"Lo bisa sat, lo pantes bahagia. Tapi bukan sama gue" Stela tersenyum lebar, namun Satria hanya menatapnya sendu.
"Gue mau pulang dulu" pamit Stela.
"Gue anterin ya" tawar Satria.
Kalau lo anterin gue, lo bakal susah lupain gue sat batin Stela.
"Lo pulang sama gue!" Ucap seseorang yang tiba tiba datang dibelakang Stela. Stela dan Satria menoleh melihat orang itu. Seketika emosi Satria ingin meledak.
"LO YANG SURUH STELA JAUHIN GUE KAN?!" Tuduh Satria sambil menunjuk orang itu.
"Apa maksud lo?" Tanya orang itu.
"BRENGSEK!" Seketika emosi Satria tidak bisa terkontrol. Satria langsung menjotos orang itu berulang kali.
Bugh
Bugh
Bugh
Satria trus menjotos Ivan, namun Ivan hanya diam. Mereka bersahabat dari lama maka itu Ivan ingin Satria meluapkan segalanya kepadanya.
"STOP!" Stela menengahi keduanya dengan cara memindahkan tubuhnya didepan Ivan. Alhasil Satria tidak bisa menyerang Ivan. Satria berulang kali mengambil nafas kasar.
Setelah mulai tenang Ivan mulai maju disamping Stela. "Apa yang salah, jelasin ke gue. Lo udah gue anggap saudara gue sat, kita sahabatan dari lama" ucap Ivan dengan nada santai.
"Apa lo gak inget hmm? Semua yang punya gue itu selalu lo rebut! MULAI DARI VANIA, dulu gue yang pdkt sama dia dan lo yang jadian. Sekarang apa? LO MAU REBUT STELA JUGA? KENAPA LO GAK SEKALIAN AJA REBUT NYAWA GUE!" Bentak kasar Satria. Dirinya sudah benar benar lelah dengan kenyataan ini. Dulu dirinya sangat dekat dengan Vania namun sialnya Ivan yang jadian. Rasa sedih itu tidak terlalu dalam karena awal kehadiran Stela.