"Lo naik ojek aja atu taksi gue duluan!" Putus Ivan dan tampak acuh dengan istrinya.
"Van!" Stela berdiri dihadapan Ivan yang akan keluar dari apartemen.
"Apaan si!" Sinis Ivan menatap tidak suka.
"Uang jajan gue mana?" Tanya Stela baik baik.
"Ya lo minta sama orang tua lo lah!" Sarkas Ivan.
"Gue gak dikasih orang tua gue terlalu kecewa sama gue, mereka malah bilang gue gak tau diri" lirih Stela menatap sendu Ivan.
"Lo kan emang murahan?" Tanpa rasa berdosa Ivan langsung mengatakan itu tanpa berfikir. Stela hampir menampar pipi Ivan namun Ivan sudah menangkap tangannya dan terpaksa dia menjatuhkan tangannya.
"Gue bukan murahan, lo yang bikin gue kayak gini, lo penyebab semuanya!. Dan lo pergi gitu aja tanpa ada rasa tanggung jawab lo banci tau gak. Bahkan lo lebih rendah dari banci!. Dan gue punya hak atas uang lo karena papa lo yang kasih hak itu!" Stela merasakan detak jantungnya yang tidak karuan.
"Terserah, duitnya gak ada mau gue buat kencan sama Vania kalau lo mau mintak aja sama mertua Lo!" Ivan langsung meninggalkan Stela yang menatap tajam dirinya.
"Kamu yang sabar ya, tenang mama masih punya uang yang cukup buat empat bulan" Stela mengusap perutnya yang berusia satu bulan. Atm milik Stela telah dibekukan semua oleh mama dan papanya. Beruntung dia masih memiliki beberapa perhiasan bahkan berlian yang bisa dijual. Saat mengetahui ayamnya dibekukan oleh orang tuanya Stela langsung menjual beberapa perhiasan dan berlian hanya jadi ke tujuh belas dari kakaknya yang masih dia simpan bersama cincin pernikahan yang menggantung di kalung lehernya.
"Kamu kuat Stela, hadapin haters aja bisa masa ini gak bisa si" Stela mengusap air matanya dan mengambil tas sekolahnya. Dia tak pernah menyangka pernikahan yang dalam tangannya sangat indah akan terjadi seperti ini. Bahkan lebih buruk dari bayangannya. Jika saja malam itu dia tidak menginap di rumah Ivan ini tidak akan terjadi.
Stela keluar dari apartemen dan akan turun dari lift namun saat pintu lift terbuka pandangannya adalah suaminya bertemu dengan pacarnya-Vania mereka sedang berjalan kearah keluar dengan berpelukan. Bukankah itu sangat sakit sebenarnya Stela tidak cinta dengan Ivan tapi mengapa saat melihat hal ini dirinya justru sangat sakit.
"Ini baru permulaan Stela!" Ucap Stela dengan pelan dan benar ini memang baru awal dari kegelapannya.
***
Stela duduk dikantin dengan teman sepergengannya. Termasuk Ivan dan Vania. Sebenarnya Vania bukan geng mereka namun karena Vania pacar dari Ivan dia baik, peduli dan tidak cemburuan dengan Ivan saat dekat dengan Stela. Bahkan Vania sering menyuruh Ivan mengutamakan Stela karena yang lebih kenal dengan Ivan lebih lama.
"La, kok lo murung si dari tadi!" Tanya Satria. Satria juga sahabat dari Stela. Walau masih baru beberapa bulan setelah Stela resmi pindah. Satria adalah yang paling baik dari semuanya menurut Stela. Bahkan dia juga seperti memiliki rasa kepada Satria. Namun sayang hidupnya sudah hancur, dan tak mungkin bersama Satria.
"Gpp" jawab pilu Stela. Satria yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Stela.
"Iya dari beberapa hari yang lalu, lo kenapa si La?" Tanya Bulan satu satunya sahabat perempuan Stela.