Thank You Dark Time

Nova Fatika Sari
Chapter #4

SAHABAT

"WHATTT LO HAMIL?" Ucap keras Bulan membuat Stela langsung menutupi mulutnya. Mereka sudah berada di apartement Ivan, beruntung Ivan tidak ada dirumah dia pasti jalan jalan bersama Vania. 

"Suara lo astaga!" peringat Stela. 

"Hehe maap!" Bulan menutupi mulutnya yang tidak bisa dikunci. 

"Berapa usianya?" Tanya Bulan dengan suara yanga agak kecil. Dia takut jika Stela akan sedih. 

"Satu bulan, awal bulan depan dua bulan" Stela menatap perutnya nanar. Dia sebenarnya jika disuruh memilih dia juga tak menginginkan anaknya ini. Tapi bagaimana lagi semua sudah takdirnya. 

"Siapa ayahnya?" Tanya Bulan seketika membuat Stela menatap arah lain dengan tatapan kosong. Stela tersenyum palsu untuk menutupi suasana hatinya. 

"Ivan" Stela mengusap air matanya yang hampir keluar. Dia tidak ingin lemah dihadapan Bulan. 

"Ha?" Sepertinya Bulan masih belum percaya dengan ucapan Stela. Stela mulai menceritakan semua kejadian di malam yang kelam itu. Kelam yang menakutkan bahkan dia sendiri yang harus melewatinya.

"Terus biaya hidup lo gimana? Lo aja gak pernah dikasih Ivan? Apa gue bisa bantu lo?" Tanya Bulan hati hati. 

"Gak usah, Makasih gue jual semua perhiasan gue termasuk berlian gue mungkin cukup buat empat bulan" Stela tersenyum dihadapan sahabatnya ini. Dia tidak mau sahabatnya ikut bersedih atas kesedihannya. 

"Berarti lo gak punya pegangan dong?" Tanya Bulan lagi dengan khawatir. 

"Ada hadiah dari abang gue, berlian yang dibeli buat kado ulang tahun gue ke tujuh belas" Sekarang Stela justru menintikkan air matanya. Dia tidak tahan lagi jika menyangkut kakak laki lakinya. 

"Kalau ada apa apa gue siap bantu" Bulan mengelus elus punggung Stela dengan lembut. 

"Bahkan orang tua gue bilang gue gak tau diri, semua barang gue dibuang, dan yang masih ada cuma baju sama beberapa album gue yang gue bawa kesini. Mereka terlanjur kecewa sama gue" Lirih Stela. Stela beranjak dari kasur dan menuju laci kecil didekat kasurnya. 

Stela membawa sebuah album foto di tangannya dan kembali duduk di samping Bulan. "Ini foto pertama kalinya gue menang kontes model dijakarta saat itu usia gue masih sepuluh tahun" Stela menunjukkan foto itu kepada Bulan. Foto saat ia berfoto lengkap dengan keluarga kecilnya. 

"Lo cantik ya dulu" kekeh Bulan. 

"Sekarang gue gak cantik ya? Karena dia?" Tanya Stela dengan menatap perutnya. 

"Eh bukan, lo cantik kok lebih cantik malahan dan lebih dewasa" Ucap Bulan menatap manik mata Stela. 

"Lo masih mau sahabatan sama gue?, lo gak kecewa?" Tanya Stela. 

"Lo tetap sahabat gue, dan gue gak kecewa sama lo gue justru salut sama lo dan gue agak kecewa sama Ivan. Bisa bisanya tu cowok gak ikhlas kalau tanggung jawab!" Kesal Bulan. 

"Gue mohon rahasia ini termasuk ke Vania. Gue gak mau hubungan mereka rusak!" Pinta Stela. 

"Bisa bisanya lo masih urusin Vania. Harusnya dia tau biar bisa jaga perasaan lo. Lo emangnya gak mau kalau lo bisa balik kayak dulu sama Ivan?" Tanya Bulan bingung. 

"Dia baik. Lagi pula setelah dia lahir kita cerai, kalaupun gue gak kuat gue akan pergi tinggalin dia jadi lo tenang aja ya. Gue akan tanggung semua sendiri semampu gue. Gue gak bisa egois buat maksain perasaan Ivan. Gue gak mau, pokoknya gue akan berusaha buat dia" Stela tersenyum pasti walau itu menyakitkan tapi dia akan berusaha tidak egois dengan keadaan. 

"Gue salut banget sama lo, tapi kalau ada apa apa jangan sungkan sungkan sama gua oke! Gue akan bantu semampu gue" Bulan menghapus air mata yang berlinang pada pipi sahabatnya itu. 

Lihat selengkapnya