Keesokkan harinya setibanya di sekolah, Calyta melihat Osa jalan berdampingan dengan Biru. Calyta tersenyum lalu mulai berlalu mengghampiri mereka.
“Misi… misi…,” ucapnya sambil bergerak seperti sedang berenang meluncur yang membuat dia akhirnya berdiri di antara Osa dan Biru. “Rapet banget jalannya,” goda Calyta.
“Baru dapet lotre apa gimana nih, semangat aja,” ledek Biru. Calyta memberinya senyum lalu beralih melihat Osa.
“Udah sarapan?” tanya Osa sebagai balasan untuk senyuman Calyta.
Biru dapat melihat Calyta mengangguk dan memberikan senyum termanisnya pada Osa. Biru merasa tidak nyaman saat ini. Dirinya bisa merasakan ada yang berbeda dari kedua temannya itu.
“Calyta!” teriak seorang yang mereka ketahui adalah suara Karen. Calyta, Biru, dan Osa pun berhenti dan menengok ke belakang.
Karen berlari lalu merangkul Calyta.
“Mereka kenapa?” tanya Karen pada biru yang ada di sampingnya tanpa mengeluarkan suara. Biru hanya mengangkat kedua bahunya. Karena memang dirinya tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Calyta dan Osa.
“Loh mau ke mana, Ren?” tanya Osa yang karena melihat Karen berjalan bersama Biru dan Calyta menuju kelas IPA bukan IPS.
“Gue ada perlu bentar,” jawab Karen.
“Jadi gimana? Kalau dilihat, lo udah biasa lagi ke Osa,” tanya Karen ke Calyta sesampainya di kelas 11 IPA 1.
“Hari pertama,” jawab Calyta yang tidak bisa menahan senyumnya.
“What? When? How?!” teriak Karen yang membuat seisi kelas IPA 1 menengok ke arahnya.
“Nggak sekalian Who, Where, Why,” ledek Biru yang sebenarnya dia lakukan untuk menutupi kekecewaannya. Sebab, perasaannya tadi terbukti benar.
“Kemarin malam dia ke rumah. Dia tahu ternyata kalau gue denger pernyataan dia tempo hari. Terus ya gitu hasilnya… ya sekarang ini.”
Bel tanda masuk berbunyi. Karen langsung melihat sinis ke arah sumber suara itu. Sebab, masih banyak yang ingin dia tanyakan ke Calyta.
“Nanti lanjut istirahat, ya. Lagian tuh yang punya tempat duduk udah nungguin dari tadi,” kata Calyta tersenyum menunjuk ke arah cowok yang sedang bersender di meja sebelah Karen duduk.
“Oh, sorry,” Karen lansung berdiri mempersilakan cowok itu duduk. “Ya udah gue ke kelas, ya.” Karen memberikan senyum terbaiknya saat pamit pada Calyta, dia turut senang jika sahabatnya itu senang. Tapi senyuman yang sama tidak dia berikan untuk Biru. Dia tahu bagaimana perasaan Biru saat ini. Dia menatap Biru, mengangguk kecil sambil memberikan senyuman tipis.
+++
Jakarta, 2010
“Tim futsal 11 IPA 1 dan 11 IPS 2 harap bersiap-siap. Sekali lagi, tim futsal 11 IPA 1 dan 11 IPS 2 harap bersiap-siap.”
Terdengar suara pengumuman dari pengeras suara. Hari ini adalah class meeting. Class meeting ini selalu dilakukan di setiap akhir semester dua.