That Seniors And Me

el tsuki
Chapter #4

Sosok Misterius Berkemeja Putih

Kemeja putihnya yang begitu mencolok seakan tak bisa lepas dari ingatanku. Membuatku menoleh meski hanya muncul sekelebat, tak peduli siapa yang mengenakannya. Entah kali itu intuisiku yang baik atau hanyalah suatu kebetulan, aku kembali melihatnya. Setelah berhari-hari lamanya sejak aku tak lagi melihatnya, kali ini secara ajaib dia muncul disana.

Saat itu, siang yang terik beberapa bulan setelah sebuah acara yang kuikuti selesai. Aku mengibaskan tangan sesaat mengusir panas yang masih menyerang dari balik bayang-bayang gedung perkuliahan seusai kuliah hari itu yang hanya terjadwal hingga siang. Bukan suatu pilihan tepat menembus terik mentari, namun gedung yang melindungiku semakin dipadati mahasiswa/i lainnya membuat suasana bertambah gerah. Ide yang muncul memintaku sebaiknya pergi saja dari sana, melawan terik mentari. Untuk lebih meyakinkan diri aku berfikir hendak berkunjung ke tempat teman-temanku, namun di cuaca panas tersebut rasa malas muncul terlebih karena jarak yang cukup jauh. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, aku pun memutuskan untuk bersantai di kos-an. Kemudian aku melangkah dengan setengah malas ditengah panas yang menyebalkan, bersabar meski aku tetap harus berjalan kaki namun paling tidak tak begitu jauh jarak yang kini harus kulalui.

Aku sampai di sebuah persimpangan, yang ramai oleh pedagang kaki lima di setiap sisi, beserta lalu lalang orang-orang, dan berbagai kendaraan. Tak lama langkahku terhenti, menanti kendaraan yang masih ramai melintas. Dengan sebal kusapukan pandanganku di sepanjang persimpangan, dan disana, di seberang persimpangan di pondok kecil servis sepeda motorku lihat sesosok berkemeja putih. 

"Ya ampun!" aku bersorak dalam hati, girang menyaksikan sosok itu. Sosok berkemeja putih, sosok yang tak asing, karna beberapa kali kami sempat berjumpa di panas nan terik juga. 

Ku perhatikan sosok itu. Dia duduk bersebelahan dengan seorang pemuda, dan tampak menanti sang montir selesai memeriksa sebuah sepeda motor. "Sepertinya itu miliknya," aku membatin.

Aku hanya memperhatikan dari seberang persimpangan, sesaat melupakan panas mentari meneriaki-ku. Aku tak menyebrang, padahal kendaraan sudah tak tampak melintas. Namun aku tak bisa berlama-lama berdiri disana. Siang yang terik serta debu jalanan kembali meneriaki-ku untuk pergi, menyadarkanku untuk meneruskan perjalanan. Aku pun melangkah dengan hati-hati, karna kendaraan kembali berseliweran. Aku sampai di seberang, tepat di jalan yang terletak di sebelah kiri bengkel. Aku terus berjalan dengan perlahan, tak berani meliriknya bahkan menyapanya. 

"Bagaimana aku mau berbicara dengannya sedangkan kami hanya bertemu beberapa kali, dan belum pernah berbincang? Aku bahkan tak tau namanya atau harus memanggilnya bagaimana?" aku membatin seiring dengan langkahku yang ku pelan-pelankan.

Aku baru saja melewati gerobak pedagang es buah, dan bisa saja berhenti, berbalik membeli sesuatu, sembari mengamatinya dari jarak yang hanya terpisah beberapa langkah dari tempatnya bernaung. Namun aku terus melangkah dengan pandangan lurus, dan tak lama selang beberapa langkah aku memalingkan wajah ke belakang mencoba mencuri pandang. Aku terus memalingkah wajah kearahnya meskipun aku hanya memandangnya dari kejauhan, dan meskipun dia tak tau aku menatapnya.

"Yaaah…, setidaknya siang yang panas tak terlalu terasa panas lagi, karna aku melihatnya meski di kejauhan," ucapku pelan dengan tersenyum, beriring langkah pelanku yang terasa ringan dibawah terik mentari pada jalanan yang sepi siang itu.

***

Entah bagaimana dia muncul, dalam hening menghadirkan rasa penasaran bagiku...

Lihat selengkapnya