Setelah akhir-akhir ini aku kesulitan menghubunginya, akhirnya tibalah hari aku berkesempatan berjumpa kembali dengannya...
Saat itu mentari bersinar cerah menyapa pagi, memberi semangat pada setiap insan memulai aktifitasnya. Beberapa sosok bergerak terburu-buru memasuki sebuah ruangan yang telah diramaikan sosok-sosok lainnya yang duduk melingkar di sisi depan ruangan, bagian yang sengaja dikosongkan berdekatan dengan deretan meja dan kursi yang telah ditata rapi. Sosok-sosok tersebut turut bergabung, menyeruak dalam lingkaran yang longgar. Salah seorang dalam lingkaran mulai bersuara, dan tak lama hadirin lainnya mengikuti langkahnya membentuk diskusi kecil.
"Aku!" Aku mengacungkan tangan mendadak diantara gemuruh pelan kerumunan yang berbisik-bisik, membahas suatu hal yang seharusnya sedari awal telah dipersiapkan namun terlewatkan dan baru sekarang dipermasalahkan.
Aksiku tersebut ternyata membuat hadiran disana seketika menoleh ke arahku. Entah karena mereka heran dengan ketidak biasaanku, atau sedang memikirkan jalan keluar dari diskusi kecil yang tengah berlangsung, entahlah. Anggap saja opsi ke dua lah jawabannya, meski pun jika opsi pertama pun aku tak peduli, haha.
Ms. R yang duduk disamping ku turut menoleh, teringat bahwa dia belum ditugaskan. "Lah aku gimana?"
Aku berpaling pada Ms. R, kemudian berganti pada kerumunan dihadapanku yang masih terdiam. "Ya udah berdua aja! Ya..., ya guys! Ngak apa-apa kan?" Aku tersenyum.
Seusai diam beberapa saat, salah seorang senior laki-laki bertubuh kurus yang duduk pada urutan ke lima dari kanan Ms. R membuka suara, "Oke deh, kalian berdua!" dia menyatakan persetujuannya tanpa diikuti penolakan hadirin lain. "Jangan lama-lama, langsung bawa ke ruang acara ya!" ujarnya mengingatkan kami.
"Oke sip!" sahutku cepat, sementara Ms. R menoleh sekilas padaku, curiga.
"Haha...," aku bersenandung girang dalam hati.
Bagaimana tidak, dia Mr. M senior yang sangat ingin kutemui. Kesibukannya selama ini membuatku tak mudah untuk dapat bertemu dengannya, namun kali ini dengan ide cemerlangku yang tentunya penuh maksud aku berhasil membuatnya datang dengan iming-iming memberikan pengarahan dalam kegiatanku kali ini. Meski tak lupa mempertimbangkan segala kesibukannya, namun seperti yang kuduga dia yang tak pelit berbagi wawasan bersedia datang. Kesediaannya membuat keinginan tak langsung ku berjumpa dengannya terkabul. Tak hanya membuatnya datang, kali ini aku sendirilah yang akan menemuinya, dan mendampinginya selama acara meski hanya sebentar.
Aku masih sibuk dengan rasa bahagiaku, hingga tak terasa diskusi usai. Lingkaran hadirin pun melonggar, kemudian berangsur menyingkir. Tanpa aba-aba aku langsung berdiri, menyeruak diantara kerumunan, dan berjalan cepat keluar ruangan. Ms. R mengikutiku, membuatku teralih dalam pertengkaran kecil tak serius kami, beradu cepat ke tujuan, sementara seluruh panitia melihat dan terheran dengan kehebohan kami. Namun kami atau lebih tepatnya aku, tak peduli karena saking bahagianya bisa bertemu dengan sang senior yang ku nanti. Akupun terus berlari tak sabar. Disusul Ms. R dan pandangan heran segenap panitia menyaksikan tingkah kami yang tak biasa.
Aku sampai di pelataran fakultas berhadapan dengan parkiran fakultas, berharap lebih memudahkan pencarian sang senior. Aku sudah berada disana pada bagian yang terlindung sinar mentari, namun dia belum tampak. Rasa tak sabarku mendorongku mendekat ke bagian depan pelataran, meninggalkan Ms. R di posisiku tadi. Aku berdiri di depan pilar yang telah terpapar matahari. Aku berharap dia segera muncul. Meski mentari kian bersemangat memancarkan sinarnya, aku tak peduli karena aku tak ingin terlewat menyaksikan kehadirannya. Selang tak lama kami berdiri, tampak lah sebuah sepeda motor memasuki parkiran bersama dengan pengemudi yang tampak familiar. "Itu dia!" batinku. Aku dan Ms. R pun bergegas menghampirinya, mengajaknya bicara perihal kegiatan yang diadakan. Kami melangkah bersama menuju lokasi kegiatan. Beberapa panitia yang melihat kami awalnya heran, perlahan seolah tau mengapa kami begitu bersemangat dan tampak berseri-seri bersama senior ini.
Kami pun bersama-sama memasuki ruangan kegiatan, dan acara pun dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Mr. M. Sepanjang materi aku tak beranjak dari posisiku, aku bertahan di dalam ruangan tak peduli meski berdiri di pojok belakang, padahal masih ada kursi kosong yang bisa diduduki. Seusai acara, masih dengan percaya dirinya kuikuti dia, selain atas nama panitia mengucapkan terima kasih atas kehadirannya tentunya juga sekalian cuci mata menambah obrolan, haha.
***
Pada hari-hari saat aku berharap berjumpa dengan sang senior berkemeja putih, namun harapanku tak kunjung menjelma nyata. Aku yang mulai sering menginjakkan kaki di ruangan tersebut, ruangan yang menjadi saksi kemisteriusan sang senior berkemeja putih yang hadir kemudian menghilang tanpa jejak. Dari sana lah berawal pertemuanku dengannya, Mr. M. Sang senior yang membuatku menoleh padanya dan menekan penasaranku akan sosok berkemeja putih.