That Seniors And Me

el tsuki
Chapter #8

Pada Pertemuan Tak Terduga

Secerah senyumnya, mengalihkan hariku… Dia muncul dikala suasana hatiku buruk, tak ayal membuat kegundahanku terbang menjauh. Kala itu seperti biasa dimana aku kerap mengikuti kegiatan-kegiatan di fakultasku, namun kali ini dengan suasana sedikit berbeda. Sebenarnya dari awal suasana hatiku sudah buruk, namun selalu ku tutupi mengingat betapa aku sangat ingin menghargai acara itu. Sepanjang acara aku melaksanakan tugasku sebagaimana mestinya, berkeliling memantau acara dari satu tempat ke tempat lainnya tetap ku jalani dengan semangat. Meskipun tak lama karna kemudian aku dibuat kesal dengan sebagian besar sikap anggota panitia acara tersebut yang terkesan setengah-setengah dalam menjalankan tugas, namun aku lelah terus membuang tenaga menanggapi ini. 

Aku pun putuskan untuk berjalan-jalan sembari tetap mengawasi jalannya acara. Aku melintasi koridor tak lama berada diantara pilar-pilar yang menjulang di bagian depan fakutas, yang berhadapan dengan pemandangan terbuka depan fakultas yang kini diwarnai berbagai stan yang menjajakan berbagai barang menarik. Aku melihat kondisi cukup ramai namun berjalan dengan baik. Beberapa panitia tampak berada disana, berbaur diantara kerumunan, tampak tetap menjalankan tugasnya. Aku berdiri di pilar ke dua terdepan hendak berbalik menuju lokasi acara lainnya, ketika sesaat ku rasa aku melihat sesosok tak asing. Ku alihkan pandanganku ke kanan dan tampak lah dia, Mr. H. Dia berdiri di antara kerumunan pada salah satu stan tak jauh dariku. Seperti biasa dia tampak begitu menyilaukan, tersenyum dengan manisnya disana. 

Lalu lalang orang-orang disekitarku dan dia perlahan seakan menghilang, entah kemana. Menyisakan aku yang mengamati dia hanya berjarak beberapa langkah. Untuk beberapa saat aku hanya terdiam, heran dengan kehadirannya. Kemudian entah mendapat ide gila dari mana seakan tak ingin melewatkan momen langka ini, bak seorang penggemar berat, aku menoleh pada telepon genggam di tangan kananku dan otomatis mengaktifkan kamera, dan diam-diam beringsut, lalu berdiri satu langkah dibelakang pilar terdepan kemudian memotretnya. Bagai mendapat keberuntungan dan langit seakan mendukung tindakanku, aku pun berhasil mendapatkan potretnya, tanpa mendapat gangguan sama sekali selama upayaku tersebut, haha.

"Hm…, lumayan!" Aku tersenyum-senyum girang memperhatikan foto yang baru ku dapatkan tersebut.

Keriuhan menggema, lalu lalang yang sebelumnya menghilang tersebut perlahan kembali muncul. Aku menoleh, menyadari kembalinya suasana ramai disekelilingku. Beruntung tak ada yang memergoki kelakuanku, mereka terus berseliweran dengan kesibukan masing-masing. 

"Bisa-bisa mereka mengataiku gadis aneh!" Aku mendelik membayangkan tatapan kasihan mereka.

Aku kembali menengok kearahnya, tampak dia seperti hendak membeli barang-barang yang dijual di sana sambil berbincang dengan beberapa orang pemuda yang berada di dekatnya. Aku masih terdiam mengamatinya, "Hmmm lumayan pencerah suasana," batinku kembali sembari tersenyum. 

Namun sayang dia hanya ada disana sebentar, kemudian pergi entah kemana. Aku hanya mengamati kepergiannya dari tempat ku berdiri, perlahan senyumku menghilang berganti menekuk wajah seiring kenormalanku yang kembali teringat kekesalanku yang menumpuk hari itu. Aku sedikit kecewa, namun aku tetap bersyukur bisa melihatnya yang menjadi penghibur tersendiri bagiku. Hanya saja, aku berharap suatu hari bisa berbicara dengannya.

"Tak lucu tentunya jika aku terus melihat, mengamati seperti mata-mata bukan?" aku menggeleng membatin.

***

Dia Mr. H, sang senior fakultas tetangga yang tengah naik daun. Tak hanya karena popularitas oleh visualnya, namun juga prestasi kelembagaannya yang membuat jejeran mata pasti tertuju padanya. Entah hal mana yang lebih dominan membuatku tertarik menoleh padanya, biar kupikirkan nanti, hmmm...

Suatu hari menjelang siang, aku berjalan santai sehabis perkuliahan di koridor lantai dua yang cukup luas. Aku berjalan sembari membuka-buka telepon genggamku, suatu tindakan teledor yang tak sepatutnya kulakukan. Namun dengan percayadiriku yang menumpuk dan embel-embel sudah biasa melakukannya, aku pun meneruskan langkah. Aku tak menyadari beberapa pemuda bergerak dari tangga arah depanku. Aku masih fokus pada telepon genggamku ketika sosok-sosok tersebut mendekat, berjalan ke arahku. Kemunculan mereka menjelma dalam beberapa siluet yang tertangkap di sudut mataku. Meski demikian, siluet tersebut tak sepenuhnya mengalihkanku. Aku tetap sibuk membaca pesan yang muncul di layar telepon genggamku sembari berjalan pelan melewati kerumunan tersebut, yang entah mengapa juga berjalan pelan.

Aku sudah melewati beberapa orang, hingga langkahku terhenti sesaat berhadapan dengan seorang pemuda berjaket gelap. Pemuda lainnya yang berada dibelakangnya sudah berlalu meninggalkan kami. Aku yang masih fokus dengan telepon genggamku otomatis bergerak ke kanan, sementara dia bergerak ke kiri, berhadapan denganku. Aku bergerak ke kiri, dia justru bergerak ke kanan, kembali kami berhadapan. Aku diam, dia juga ikut diam, mungkin turut bingung. Aku pun mengalihkan pandangan dari telepin genggamku, menoleh padanya. Berniat melayangkan beberapa kata omelan, namun tertahan. Entah suatu keberuntungan atau lainnya, aku justru terdiam dengan terang-terangan menunjukkan ekspresi takjub. 

"Nah loh, dia...," aku berkata dalam hati, terkejut menyadari dia Mr. H yang begitu terkenal muncul dihadapanku, dan secara tak sengaja aku menahan langkahnya.

Sesaat kami sama-sama terdiam dengan berbagai kata tak terucap menari-nari dibenak. Seakan tersadar dan merasa tak enak menyangka dia menghalangi jalanku, dia bergeser ke kiri tersenyum singkat padaku dan mengangsurkan tangan mempersilahkanku lewat. Membuatku tersipu tak menyangka akan sikapnya. Aku masih menatapnya, berganti ingin tersenyum namun ku tahan. Aku pun hanya mengangguk. Dia berlalu kemudian bergabung bersama rombongan tadi yang baru beberapa langkah di depan, meninggalkanku yang menoleh menatap punggungnya.

Lihat selengkapnya