That Seniors And Me

el tsuki
Chapter #9

Diantara Deru Mesin Cetak

Seperti sebelum-sebelumnya merepotkannya dengan berbagai hal berbau cetak mencetak, mencereweti setiap prosesnya, dan muncul tiba-tiba dengan alasan demi benda tersebut, begitu pula kali itu… Drrr, bunyi mesin yang telah familiar kudengar itu memecahkan keheningan di ruangan kecil itu. Dia… Mr. E, dia mendekat dan meraih lembar penuh tulisan yang baru keluar dari mulut mesin.

"Oke beres!" sahutnya sembari menyerahkan lembar dokumen terakhir yang telah dirapikan.

Aku meraih dokumen tersebut, memperhatikan kesesuaian dokumen tersebut dengan yang dibutuhkan. "Hm... hm... oke," ujarku sembari mengecek dokumen yang telah selesai dicetak dan dirapikan tersebut.

Aku meletakkan lembar terakhir dokumen tersebut pada tumpukan dokumen lainnya yang telah kuperiksa. "Jadi berapa semua nih?" tanyaku sembari menoleh padanya.

Dia membuka buku kecil di atas meja, merobek selembar. "Nih!" dia justru mengangsurkan secarik kertas kecil, nota bukti pembayaran.

"Hm... hm..." Aku menelisik nota tersebut, kemudian merogoh dompet di saku kananku, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan mengangsurkannya. "Nih kak, makasih! Senang bekerjasama dengan anda," seloroh ku mengundang tawa.

"Ditunggu proyek selanjutnya," balasnya, kemudian mulai merapikan beberapa kertas di atas meja.

"Beres! Oke, pergi dulu ya...," sahutku kemudian berbalik sembari menenteng dokumen tersebut yang kini disulap rapi dalam sebuah kantong.

"Sip!" ujarnya tak menoleh, masih sibuk dengan kertas-kertas lain di dekat mesin cetak.

Padahal niat awalku kesini menemuinya adalah untuk mengambil dokumen yang ku minta bantuan penyelesaiannya padanya. Tapi tak ku sangka, saat aku baru saja menginjakkan kaki hendak meninggalkan ruangan itu mata ku menangkap sesuatu tak biasa di dinding kiri yang biasanya polos tersebut. Sebenarnya dari awal aku sempat menangkap pemandangan tersebut, namun karena aku fokus dengan dokumen yang ku minta, aku tak mengacuhkan keberadaan benda baru di dinding tersebut. Sebuah spanduk ukuran sedang terpampang begitu mencolok, membuat siapa saja menoleh. Bukan hanya karena ukurannya, tapi juga karena berbagai potret beserta rincian singkat yang tertuang disana.

"Haha... hahaha...," aku tertawa puas tak terkontrol membuatnya teralih meninggalkan ruangan dengan mesin cetak tersebut menuju ruangan lainnya, ruang terluar tempat ku berdiri yang berhadapan dengan pintu keluar ruangan dan koridor.

Dia menoleh-noleh, mencari di seluruh penjuru ruangan hal aneh apa gerangan yang membuatku tertawa demikian. Dia menghela nafas menyadari aku yang hanya menatap dinding yang berada di sebelah kirinya. Dia menangkap spanduk yang berdiri di hadapanku yang kemungkinan terbesar adalah penyebab ku tertawa-tawa.

"Kenapa sih?" sahutnya heran.

"Haha... foto kamu loh kak, bikin aku gagal fokus," sergahku menunjuk-nunjuk potretnya di spanduk tersebut ditenggah tawaku.

Aku masih menoleh memperhatikan spanduk tersebut, namun sesungguhnya aku hanya menatap dua potret menarik yang bertengger di puncak teratas berbagai potret disana. Potret Mr. E dengan seragam gelap namun kontras dengan tampilannya yang tampak lebih putih, kurang realistis dengan kondisinya, haha. Mungkin karena efek kamera. Dan satu potret lain yang menunjukkan seorang pemuda berwajah lebih berisi dengan seragam cerah se cerah tampilannya. Aku menggulum senyum teringat bahwa Mr. M yang tersenyum pada potret tersebut bahkan tak se putih itu lagi, kini sedikit kecoklatan karena terpapar matahari selama aktifitas luar ruangannya nun jauh disana.

"Haaah… aku rindu," aku berbisik.

***

Berawal dari langkahku mengikuti Ms. L dan Ms. S membuatku mengenalnya…

Langkah yang ku tempuh seusai kelas saat itu, meneruskan langkahku yang berada diantara Ms. L, dan Ms. S, berjejeran keluar meninggalkan ruangan. Baru beberapa langkah bergerak, Ms. L yang berada di depan menoleh pada Ms. S yang berada dibelakangku. Seakan telah memberi kode yang tak ku sadari, Ms. S pun bergegas mendekati Ms. L, dan dengan wajah tak sabar tanpa berkata apa-apa mereka mempercepat langkah meninggalkanku. 

Aku heran dengan pergerakan tiba-tiba mereka. "Kemana?" aku bersuara membuat mereka terhenti, menyisakan beberapa langkah denganku.

"Nyetak. Ikut ngak?" Ms. S menoleh, lalu berujar setelah berfikir sesaat.

Lihat selengkapnya