Entah bagaimana kedekatanku dengan "Barisan Para Seniorku" menghadirkan kabar semilir, kabar yang berhembus lalu melekat mendatangkan satu tanya. Tanya yang tetap bergema, bahkan hingga sosok mereka perlahan menghilang dan langit belum berkenan hadirkan lagi mereka di duniaku. Pada satu waktu ketika aku diantara rinduku, tanya itu mengusikku...
"Pacar kamu siapa?" Ms. O yang tengah asik bersantai sambil tidur-tiduran tiba-tiba bertanya, sembari menengok ke arahku yang juga tengah berbaring bersebelahan dengannya.
Aku terdiam menghadapi pertanyaan menohok yang tak pernah lupa di ajukan orang-orang, termasuk padaku. "Sebegitu kepo kah mereka?" batinku curiga. Bagaimana aku tak terkejut mendengarnya? Entah apa yang menginspirasi mereka mengajukan pertanyaan “Horor” tersebut, entah sekedar kepo, atau penasaran padaku yang tak kunjung tertangkap basah berduaan dengan seseorang. Yaah apa pun itu terserah, karena tak ada yang percaya dengan sejuta alasan yang ku sampaikan. Misalnya saja malam itu, Ms. O yang merupakan teman satu kosku lebih tepatnya satu kamar denganku menanyakan hal ini, dan aku meski bosan tetap berusaha menanggapi dengan baik.
"Tidak ada. Kenapa?" sahutku sekenannya sambil tidur-tiduran setelah sebelumnya meletakkan buku teks kuliah di lantai sisi kananku tak jauh dari posisi kepala, bosan membaca.
"Masa ngak punya pacar? Serius?" Ms. O masih berkutat tak percaya.
"Serius. Aku belum pernah pacaran, dan belum mau." jawabku jujur sembari menoleh sekilas padanya.
"Kalau yang lagi di suka ada kan?" kembali dia bertanya tak mau kalah.
Membuatku sedikit kesal karena ke ngototannya, merasa tak percaya dengan yang ku katakan. "Engak," sahutku setelah menghela nafas.
"Kenapa?" dia kini sudah kembali menoleh padaku.
"Ya gitu lah," sahutku asal, tak memperdulikan tatapan tak percayanya.
"Mmmm… mau fokus kuliah dulu? Bagus tuh. Ntar kalo ada yang disuka apalagi pacaran, ribet! " sambung Ms. O otomatis. Dia yakin bahwa itulah alasanku. Karena pada saat itu aku dikenal sebagai sosok yang rajin dalan studi dan tak terlihat ada sosok spesial didekatku.
Aku memilih diam saja, tak tahu harus menanggapi apa. Beruntung Ms. O tak lagi bertanya-tanya. Dia yang telah larut dalam topik percakapan, mendadak beralih haluan dalam kisahnya. Dia justru melanjutkan tanggapannya tersebut dengan tertawa kecil, dan mengemukakan curahan hatinya mengenai dirinya yang memang pernah pacaran, dan masih dalam status pacaran. Dia mengungkapkan betapa pacaran tak sepenuhnya menyenangkan jadi tak rugi bila aku tak berpacaran.
"Hmmm... hmm..." Aku hanya tersenyum singkat mendengar curahan hatinya yang dapatku pastikan akan memakan waktu tidak sebentar, dan alhasil terbukti menjadi ceramah semalaman.
***
Berpikir jawabku sebelumnya cukup untuk melepas tanya, namun ternyata itu tak cukup...
Ku pikir dia sudah percaya dengan jawabanku waktu itu. Namun sepertinya dia masih penasaran, karena tentulah tak biasa bila seseorang seusia kami tak pernah pacaran. Jadi pada suatu sore, aku dan Ms. O menghabiskan sore membosankan bersama “Geng Rempong” yang tak lain merupakan sahabat-sahabat kami di kos mereka, yang sekaligus berfungsi sebagai lokasi rutin berkumpul kami. Awalnya kami duduk-duduk di teras depan, teras yang berhadapan dengan halaman yang tidak terlalu luas, dinaungi rimbun barisan pohon mangga dan beberapa pohon kecil lainnya entah jenis apa. Duduk santai pada kursi kayu panjang disana, atau lesehan pada lantai marmer yang dingin. Namun cuaca yang panas tak cukup dihalau rimbun dedaunan, kamipun berlarian ke dalam menuju salah satu kamar, kamar Ms. R. Sesampainya disana, salah satu bergegas menghidupkan kipas angin di sudut ruangan sementara beberapa mengambil posisi di depan kipas angin, adapun beberapa langsung merebahkankan diri terkapar di kasur, dan yang tak kebagian menghuni berbagai spot di sudut bersandar pada dinding ruangan.