Tadinya, naskah Thawiyyah hanyalah dapat dibaca secara online di halaman Facebook saya atau di platform kepenulisan, seperti Kwikku. Tetapi kemudian saya mendapat suara pembaca baik melalaui kolom komentar dan inbox pribadi kepada saya. Suara pembacalah yang membuat saya yakin bahwa naskah Thawiyyah ini layak terbit dan dibaca secara utuh dalam bentuk buku. Mereka ingin naskah Thawiyyah dikirim ke penerbit. Hingga akhirnya saya mempercayakan dan memantapkan niat untuk memilih Penerbit One Peach Media. Hal ini juga direkomendasikan oleh beberapa pembaca Thawiyyah di kolom komentar.
Baiklah, sedikit saya jelaskan tentang Thawiyyah, yaitu kisah cinta antara Tha dan Wiy. Kisah cinta yang ide awalnya adalah setelah saya membaca beberapa karya fiksi epistoleri, seperti Laila Majnun dan Mamuzain, kemudian akhirnya saya pun berkeinginan menuliskan kisah cinta yang nama tokohnya dijadikan judul bukunya. Karena naskah Thawiyyah adalah ungkapan dari hati nurani saya, jadilah saya tulis judulnya: Thawiyyah, Tha dan Wiy, dua nama yang asal katanya saya ambil dari bahasa Arab: طَوِيَّة yang bermakna bagian dalam, interior, batin, pemikiran, suara hati, niat, kamus Al-Ma'ani.
Naskah Thawiyyah telah saya tulis di tahun 2018 lalu dan saya post di halaman Facebook saya. Jadi pembacanya sudah banyak sejak dulu di Facebook. Lalu di tahun 2020 saya submit di platform Kwikku, hanya dua bulan naskah Thawiyyah telah dibaca 8K dan sampai hari ini tanggal 25 Februari 2021, naskah Thawiyyah telah dibaca 17,5K di Kwikku. Bagi Anda yang ingin berkunjung, tinggal tuliskan nama penulis naskah Thawiyyah di sana atau langsung tuliskan: Tahwiyyah, insyaAllah muncul untuk Anda.
Karena isi naskah Thawiyyah adalah suara hati, tidak sampai dua minggu lamanya naskah ini rampung saya tulis kala itu, 2018.
Wiy seorang perempuan tulus dan setia yang telah sangat lama sekali menunggu Tha untuk bertamu ke rumahnya dan menikahinya. Mereka menjalani cinta dengan perasaan membatin. Tha berasal dari kampung Segenap yang berseberangan sungai dengan kampung Sepakat yaitu kampungnya Wiy. Pada usia Tha yang ke 16 dan Wiy 18 keduanya telah saling kenal. Tha merantau ke Jogja, kuliah dan bekerja di salah satu penerbit sebagai editor dan ia jugalah penulis. Setelah itu tidak ada lagi bertemu antara Tha dan Wiy. Hingga sekian tahun pun berlalu, Tha menikah dengan sahabat Wiy dan tinggal di Jogja sampai usia tua. Sementara Wiy tidak mau menikah, ia memutuskan jadi lajang seumur hidupnya. Hingga di usia Wiy yang ke 64 tahun, anak tunggal Tha yang bernama Dewi datang mencari perempuan yang bernama Wiy di Aceh Tenggara. Setelah membuka pintu pada anak tunggal Tha, Wiy pun berkata: "44 tahun, 4 bulan 2 minggu 4 hari 12 jam sudah lamanya aku menunggu kedatanganmu, Nak. Sudah kutahu kamulah tamuku yang akan datang mengetuk pintuku, sebab ayah dan ibumu telah meninggal bahkan tidak sempat bertamu." Dan tidak lupa Wiy menasihati anak Tha yang sudah jadi anaknya juga: