Wiy;
Dengan ini aku mengatakan apa yang telah terjadi padaku. Seminggu ini aku menangis sendu menyendiri di kamarku. Hatiku tersayat, mataku bengkak menangis pilu. Aku mengaku sudah tidak malu mengatakan ini padamu. Walau pun menurut manusia normal aku mestinya malu, ibarat aku menelan racunku sendiri. Tetapi kenapa lah aku harus malu pada satu orang? Apalagi kamu sudah lama kukenal.
Kamu tahu, Tha? Aku dan keluargaku sudah dipermalukan, aku malu pada banyak orang, pada masyarakat kampung Sepakat bahkan tamu undangan. Kamu tahu apa yang terjadi menimpaku, Tha? Remuk rasanya diriku menerima derita sedemikian rupa. Terus terang kukatakan bahwa rasa maluku padamu sudah kutiadakan, hingga aku mau menceritakan semua yang terjadi dalam minggu ini.
Tha, kamu masih ingat apa kataku dalam surelku waktu kamu datang ke rumahku minggu lalu? Bukan tentang menyuruhmu pulang, bukan tentang cincin yang hendak kamu kenakan di jari manisku, juga bukan tentang kemeja biru dariku itu. Akan tetapi ini adalah tentang dua orang yang kataku akan segera datang pada hari itu dan menyuruhmu agar segera pulang sebab aku tidak ingin mereka salah paham karena dua orang itu adalah utusan dari keluarga calon suamiku.