Wiy;
Hubbi, alhamdulillah aku sudah bisa memasak Gutel lagi. Seperti dulu kataku hubbi, masak Gutel lebih aku sukai daripada masak telur dadar dan telur mata sapi. Tadi aku hidangkan masakanku untuk dirasakan oleh pimpinan musyawarah. Dan kamu tahu apa kata beliau? Undanglah calon mantuku, Wiy. Begitu komentar beliau setelah merasakan masakanku hubbi. Kamu mau aku undang sekarang hubbi? Sebenarnya dari jauh hari sudah boleh aku mengundangmu, sebab waktu kamu masih sibuk di tempat kerjamu dulu, aku sudah berhasil memasak Gutel. Maka itulah kenapa aku sudah boleh menikah dengan orang yang akhirnya mengecewakanku itu.
Lalu kenapa aku bilang masakan ini adalah yang pertama kalinya dirasakan ayahku? Sebetulnya bukan pertama kalinya hubbi, kenapa kukatakan begitu? Karena setelah aku dikecewakan gagal menikah itu, hilang mahir memasakku hubbi. Aku jadi tidak bisa memasak. Jangankan memasak Gutel, merapikan bedak di pipiku depan cermin saja aku tidak mampu, jangankan berbedak, mandi saja aku tidak mau. Hilang semua semangatku hubbi. Sehingga aku tidak heran kenapa keterampilan memasakku juga ikut lenyap! Lalu kenapa babak kedua percobaan masakanku ini kukatakan pertama? Karena ini pertama kali setelah aku mati gaya dan mati rasa, karena ini kupersembahkan untukmu hubbi.